Penetapan Cahyadi sebagai tersangka merupakan pengembangan kasus konversi hutan di Kabupaten Bogor yang menjerat Bupati Bogor Rachmat Yasin dan perwakilan PT Bukit Jonggol Asri Yohan Yap sebagai tersangka.
Meskipun kasus dugaan korupsi ini tak terkait langsung secara institusional dengan PT Sentul City Tbk., sebagaimana bantahan Wakil Presiden PT Sentul City Tbk., Andrian Budi Utama, namun publik kemudian mengaitkannya dengan jabatan struktural Kwee Cahyadi di organisasi perusahaan.
Andrian mengatakan, pihaknya belum bisa banyak berkomentar atau pun memberi tanggapan terkait kasus yang sebetulnya tidak melibatkan perseroan secara institusional.
"Mohon maaf, kami belum bisa menanggapi soal kasus itu. Nanti ya kami akan memberikan keterangan pers resmi dalam waktu dekat. Bila tiba waktunya Kompas.com akan menjadi pihak pertama yang kami informasikan," ujar Andrian kepada Kompas.com, Rabu (1/10/2014).
Andrian menuturkan, kasus tersebut terkait PT Bukit Jonggol Asri.
"Bukan PT Sentul City Tbk sebagai perseroan," bantahnya.
"Cuan"
Bukan sekali ini saja PT Sentul City Tbk., tersangkut masalah. Sebelumnya, pada 2005, perusahaan ini pernah digugat pailit oleh konsumennya Azelia Birrer terkait keterlambatan serah terima untuk obyek perikatan jual beli berupa tanah dan bangunan di klaster R-21, perumahan Sentul City, Bogor.
Bila Azelia Birrer menempuh gugatan pailit, konsumen lain memilih mengadu ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Dalam catatan YLKI, terdapat 68 konsumen yang mengadu ke Bidang Pengaduan YLKI. Mereka telah membayar lunas tanah dan bangunan yang masih berupa gambar karena tertarik promosi Sentul City.
Hingga kemudian kepailitan Sentul City berakhir dengan tercapainya kesepakatan antara konsumen dan Sentul City atas rencana perdamaian melalui putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 21/Pailit/2005/Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Pasca bebas pailit, Sentul City mulai berbenah. Berbagai perbaikan dan penambahan fasilitas dan infrastruktur, peluncuran klaster-klaster baru dalam kemasan marketing menarik mereka lakukan.
Andrian menjelaskan, Sentul City kini berbeda dan telah bertransformasi menjadi kota mandiri bertaraf internasional. Dengan total luas lahan 3.000 hektar dan lokasi strategis, membuka kesempatan bagi perseroan melakukan pengembangan terintegrasi.
"Berbagai produk perumahan kami bangun, fasilitas komersial, rekreasi, dan budaya kami tambah. Selain itu, kami juga mengikuti kaidah pembangunan hijau," ujar Andrian.
Walhasil, Sentul City menjadi salah satu kawasan perumahan yang memperlihatkan pertumbuhan pesat dan menjadi instrumen investasi menarik yang mendatangkan keuntungan (cuan).
Hal ini ditandai dengan kenaikan harga lahan dan properti. Untuk lahan kawasan perumahan, kata Andrian, sudah mencapai level Rp 7 juta hingga Rp 13 juta per meter persegi. Sementara untuk lahan komersial, menyentuh angka Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per meter persegi.
Harga propertinya tumbuh sekitar 20 persen sampai 25 persen per tahun, dengan banderol terendah Rp 900 juta dan tertinggi Rp 20 miliar untuk rumah berdimensi 400/1000.
Tak puas sampai di situ, pihaknya juga punya rencana bisnis strategis yang akan direalisasikan pada tahun 2015 mendatang.
"Satu di antaranya, kami sedang bernegosiasi dengan pengembang asing asal tiga negara yakni Korea, Jepang, dan Hongkong (Tiongkok). Saat ini pembicaraan sudah sampai taraf finalisasi angka investasi," buka Andrian.
Dia menambahkan, pengembang asing digandeng untuk mempercepat akselerasi pembangunan Sentul City. "Kami menawari mereka opsi kerjasama untuk mengembangkan perumahan, dan komersial serta pengembangan lahan central business district (CBD) Sentul City seluas 100 hektar," ucap Andrian.
Tahun depan juga, Sentul City akan melansir sebanyak 7 hingga 8 klaster baru dengan total mencapai 1.000 unit rumah, pengembangan infrastruktur tambahan, pengembangan fasilitas rekreasi dan wisata, serta apartemen.
"Untuk mewujudkan rencana strategis tersebut, kami mengalokasikan belanja modal senilai Rp 600 miliar hingga Rp 700 miliar," pungkas Andrian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.