Jumlah hunian ini dibutuhkan untuk menjaga pasar properti di kota terbesar kedua Uni Emirat Arab tersebut, tetap sehat, menarik dan stabil, terutama untuk pasar sewa. Pasalnya, pasar Dubai tengah mengalami tren keterbatasan pasokan dan kendala keterjangkauan dalam jangka panjang.
Phidar Advisory, konsultan properti lokal, mengungkapkan hasil penelitiannya, bahwa harga penjualan perumahan sewa masih tinggi dan cenderung meningkat selama kuartal kedua tahun ini. Namun sayangnya, hal itu tidak disertai kinerja pertumbuhan yang melambat secara dramatis baik pertumbuhan harga jual maupun harga sewa.
Berdasarkan data transaksi enam minggu pertama kuartal III, harga nominal untuk rumah keluarga tunggal turun empat persen dan apartemen merosot 0,6 persen.
"Hal ini telah menyebabkan kompresi sehingga Dubai membutuhkan sebanyak 30.000 unit tambahan hingga 2018 untuk menjaga stabilitas sewa. Separuh di antaranya dapat diambil dari proyek-proyek mangkrak tahun 2009," tulis Phidar.
Laporan tersebut juga menyatakan peluang pengembangan perumahan masih cukup besar di Dubai. Tetapi, pasar akan lebih menguntungkan secara eksponensial bagi pengembang spesialis perumahan. Terlebih perumahan yang dikembangkan, menyasar kelas menengah yang dapat menjadi kuat sektor properti.
Dalam jangka pendek, tambah Phidar, sektor properti Dubai kemungkinan akan memperlihatkan volatilitas yang dapat menyebabkan koreksi harga, setelah periode dua tahun mengalami ledakan modal investasi.