Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Enam Ruas Tol Dalam Kota Tak Ada Manfaatnya Sedikit Pun"

Kompas.com - 21/08/2014, 16:07 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan infrastruktur enam ruas jalan tol dalam kota Jakarta yang telah disetujui Pemprov DKI Jakarta masih mengundang kontroversi. Kendati sudah ada persetujuan realisasi megaproyek senilai Rp 42 triliun ini, namun tetap dipandang tak memberi manfaat sedikit pun bagi warga Jakarta.

Demikian pengamat perkotaan sekaligus dosen Universitas Pelita Harapan, Elisa Sutanudjaja, mengutarakan pendapatnya kepada Kompas.com, Kamis (21/8/2014).

"Dalam perspektif perkotaan saya tidak melihat sedikit pun manfaat dari pembangunan infrastruktur enam ruas jalan tol ini. Karena, muara (entrance)semua tol tersebut berada di kota-kota penyangga Jakarta, seperti Tangerang, Bekasi, Depok, yang hanya akan mempermudah mobilisasi kendaraan pribadi menuju dalam kota Jakarta," jelas Elisa.

Itu artinya, tambah dia, beban yang harus ditanggung Jakarta akan lebih berat. Ibukota akan semakin padat dengan kendaraan dari kawasan pinggiran. "Meskipun dalam desainnya terdapat jalur khusus untuk transportasi massal, namun itu bukan jaminan bahwa kemacetan yang selama ini dialami Jakarta akan terurai secara otomatis," kata Elisa.

Dampak buruk lainnya, ujar Elisa, pembangunan enam ruas tol dalam kota tersebut akan menstimulasi terjadinya perubahan tata ruang secara struktural. Pasalnya, jalur-jalur yang dilintasi merupakan jalur eksisting yang saat ini digunakan sebagai rel kereta api dan juga daerah aliran sungai.

"Jalan tol ini kan setinggi tiga ruko alias 10 meter, jelas akan mengubah tata ruang. Jalur hijau bakal dipangkas, contohnya yang berada di titik Manggala dan persimpangan Palmerah, Jakarta Pusat," tandas Elisa.

Bukan solusi

Menurut Elisa, pembangunan infrastruktur jalan tol dalam kota Jakarta bukan solusi cerdas. Pemprov DKI Jakarta harusnya mempercepat pembangunan transportasi massal (mass rapid transit).

"Kemacetan yang selama ini terjadi kan karena mobilitas yang tidak efisien. Warga Jakarta dan pinggiran tidak memiliki alternatif lain untuk beraktivitas. Mereka hanya bisa memanfaatkan satu opsi yakni jalan tol. Alternatif seperti transportasi berbasis rel hanya di titik-titik tertentu. Ini yang harusnya disadari oleh Pemprov DKI," tutur Elisa.

Selain itu, pembangunan ini juga dinilainya belum memenuhi analisis mengenai dampak lingkungan (amdal), belum ada izin lokasi, dan tidak melalui prosedur pelibatan partisipasi publik.

"Sebelum dibangun, publik atau warga Jakarta berhak mendapat informasi sedetail mungkin mengenai pembangunan jalan tol ini. Contohnya jalur Semanan-Sunter. Jalur ini melewati 20 kelurahan dalam dua kotamadya Jakarta Barat dan Pusat. Di sini bermukim sekitar 500.000 warga. Apakah mereka tahu kediamannya akan dilintasi jalan tol?" imbuh Elisa.

Sebelumnya diberitakan, Pemprov DKI menyetujui pembangunan enam ruas jalan tol karena tersedia ruas khusus untuk transportasi massal. Nantinya, tiga koridor layang transjakarta akan melintasi enam ruas tol dalam kota itu.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama menjamin, tiap harinya, Jakarta bakal bertambah macet sebab jumlah kendaraan yang selalu bertambah tidak diiringi dengan penambahan rasio jalan Ibu Kota.

Rasio jalan Jakarta, kata dia, baru mencapai 6 persen. Padahal idealnya, rasio jalan di kota besar mencapai 12 persen dari luas daerahnya.

Proyek ini dibagi dalam empat tahap. Tahap pertama, ruas Semanan-Sunter sepanjang 20,23 kilometer dengan nilai investasi Rp 9,76 triliun dan koridor Sunter-Pulogebang sepanjang 9,44 kilometer senilai Rp 7,37 triliun. Tahap kedua, Duri Pulo-Kampung Melayu sepanjang 12,65 kilometer dengan nilai investasi Rp 5,96 triliun, dan Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9,60 kilometer senilai Rp 6,95 triliun.

Tahap ketiga, koridor Ulujami-Tanah Abang dengan panjang 8,70 kilometer dan nilai investasi Rp 4,25 triliun. Terakhir, Pasar Minggu-Casablanca sepanjang 9,15 kilometer dengan investasi Rp 5,71 triliun. Total panjang ruas 6 tol dalam kota 69,77 kilometer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau