Center Director Mitra Gemilang Mahacipta, Ihya Nasution, pasar pusat belanja berasal dari penghuni-penghuni kompleks perumahan di sekitar lokasi proyek. Jadi, meskipun tahun ini pasar properti mengalami perlambatan, namun ketika kebutuhan dari pasar ini sangat tinggi, maka pengembang terpacu untuk membangun pusat belanja dan mengoperasikannya sesegera mungkin.
"Permintaan yang berasal dari kompleks-kompleks perumahan dalam satu kawasan dengan tingkat hunian tinggi memotivasi para pengembang untuk membangun fasilitas yang mengakomodasi kebutuhan gaya hidup. Ini yang terjadi di Balikpapan," ujarnya.
Sama halnya dengan di Cibubur dan Cileungsi. Pasar besar terutama berasal dari sekitar 50 kompleks perumahan di dua kawasan ini. Dengan asumsi satu kompleks perumahan terdapat 5.000 rumah yang dihuni oleh empat orang, maka jumlah populasi keseluruhan bisa mencapai 1 juta jiwa.
"Jumlah populasi ini yang akan menyerap pusat-pusat belanja yang dikembangkan di kawasan ini. Apakah akan terjadi kanibalisme? Belum tentu. Karena masing-masing pusat belanja punya segmen berbeda, karena kelas perumahan yang ada di dua kawasan ini pun berbeda. Ada yang menengah, menengah atas dan atas," imbuh Nanda.
Jadi, pusat belanja akan terus tumbuh selama jumlah populasi juga tumbuh. Karena, seperti kata Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, pusat belanja sangat bergantung pada densitas populasi.
"Selama pertumbuhan penduduk terjadi sangat signifikan, pusat belanja akan terus dikembangkan. Terlebih jika pertumbuhan ekonominya juga tumbuh positif," tandas Ferry.
Saat ini, jumlah pusat belanja di Indonesia mencapai 275 buah. Jumlah ini akan bertambah menjadi 290 pusat belanja saat 15 pusat belanja baru, beroperasi serempak tahun 2014.