Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Raksasa "Bertarung" Sengit di Barat Jakarta

Kompas.com - 20/07/2014, 15:56 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan infrastruktur jelas sangat menentukan sebuah kawasan menjadi lebih terbuka dan memiliki aksesibilitas tinggi. Penggal antara Puri Indah sampai dengan Tol Sediyatmo, Jakarta Barat, merupakan titik-titik strategis yang paling mendapat manfaat dari selesainya JORR dan beroperasinya  JORR W 2 Kebon Jeruk-Ulujami pada 22 Juli lusa.

Di kawasan tersebut, terdapat Sentra Primer Baru Barat (SPBB) yang dirancang sebagai kawasan bisnis dan komersial terpadu berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI Jakarta Nomor 1629 Tahun 1986 tentang Penguasaan Perencanaan untuk Pelaksanaan Pembangunan Kawasan.

SPBB mencakup area seluas 135 hektar di kawasan Kembangan, Jakarta Barat, seluas 57,07 hektar di antaranya diakuisisi oleh para raksasa properti seperti PT Antilope Madju Puri Indah, dan PT Lippo Karawaci Tbk., separuh konsesi sisanya dimiliki oleh pengembang lainnya.

Menurut Direktur PT Ciputra Property Tbk., Artadinata Djangkar, menerangkan, potensi kawasan yang dilintasi JORR W 2 bahkan akan lebih baik ketimbang koridor TB Simatupang dengan beberapa pertimbangan; yakni lebih dekat dan lebih banyak dilalui oleh warga masyarakat yang menuju Bandara International Soekarno-Hatta.

"Titik-titik strategis yang akan semakin laju pertumbuhannya, adalah SPBB. Kawasan ini sejatinya sudah tumbuh, terindikasi dari maraknya pembangunan properti," ujar Arta kepada Kompas.com, Minggu (20/7/2014).

Namun potensi pertumbuhannya ini masih belum berakhir. Kawasan SPBB dan sekitarnya masih punya peluang untuk terus bertumbuh, mempertimbangkan kebutuhan hunian dan komersial yang juga terus meningkat. Terlebih, harga lahan dan properti di CBD Jakarta sudah demikian tinggi, maka SPBB menjadi alternatif menarik. Harga propertinya masih berada pada kisaran rp 25 juta hingga 35 juta per meter persegi.

SPBB memiliki pangsa pasar tak kalah potensial. Tidak jauh dari SPBB, terdapat kawasan padat dengan demografi pendapatan menengah atas seperti Puri Indah, Kedoya, Permata Buana dan Kapuk.

Di dalam SPBB sendiri terdapat megaproyek yang sedang dikembangkan, yakni St Moritz Penthouses and Residences di atas lahan seluas 15 hektar milik PT Lippo Karawaci Tbk. Lippo membeli lahan ini dari PT Antilope Madju Puri Indah pada tahun 2005 lalu. Mereka mengonversi lahan tersebut menjadi sebuah global city yang mengintegrasikan sebelas fasilitas. Mencakup 17 gedung pencakar langit.

Sementara PT Antilope Madju Puri Indah tengah menggarap Puri Indah CBD yang menghimpun sebanyak 7 menara perkantoran, 7 menara apartemen, 1 menara hotel bintang lima dan pusat belanja.

Sedangkan PT Ciputra Property Tbk akan memulai pembangunan superblok Ciputra International pada semester kedua tahun ini. Superblok tersebut menempati lahan seluas 7,5 hektar. Di dalamnya akan dibangun 10 menara yang terbagi atas tiga tahap pengembangan. Tahap pertama adalah tiga menara perkantoran dan 1 menara kondominium.

"Kami akan memulainya semester kedua tahun ini. Bisa kuartal ketiga atau keempat. Kami menyegerakan proyek ini seiring beroperasinya JORR W2 Kebon Jeruk-Ulujami yang berpotensi memicu lonjakan harga lahan dan properti cukup signifikan," tambah Arta.

Untuk merealisasikan proyek terbarunya itu, PT Ciputra Property Tbk mengestimasikan dana investasi senilai Rp 5 triliun.

Selain PT Ciputra Property Tbk., pengembang lain yang juga akan membangun properti komersial berupa perkantoran berikut apartemen dan hotel, adalah Agung Sedayu Group, dan Goldland Group. Mereka menggarap properti komersial skala besar dengan konsep superblok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com