Karya Zaha Hadid yang memenangkan kompetisi desain untuk stadion berkapasitas 80.000 kursi itu memang telah "diserang" oleh arsitek terkenal Jepang, antara lain Toyo Ito, Kengo Kuma, serta Sou Fujimoto. Mereka mengatakan realisasi desain tersebut terlalu mubazir jika dikaitkan dengan lingkungannya.
Zaha Hadid Architects, perusahaan arsitektur yang berbasis di London itu mengatakan bahwa mereka akan "mengoptimalkan" investasi dan membuat stadion jadi lebih efisien, fokus pada penggunaan, serta beradaptasi pada lingkungan dan berkelanjutan.
"Semua proyek di seluruh dunia melalui proses evolusi desain dan perbaikan, dan kami bekerja sama dengan klien dan rekan kami Jepang selama proses itu berlangsung," kata juru bicara Zaha Hadid Architects.
The Japan Sports Council, badan pemerintah yang menyelenggarakan kompetisi desain itu, telah mengurangi dana yang disetujui untuk proyek tersebut dari senilai 300 miliar yen atau Rp 35 triliun lebih menjadi 169 milyar yen atau sekitar Rp 19 triliun lebih. Penyusutan anggaran itu menyusul pernyataan Menteri Olahraga Jepang, Hakubun Shimomura, yang menggambarkan rancangan Zaha Hadid itu sebagai "terlalu besar" anggarannya.
"Ringan secara signifikan, terutama struktur stadionnya, yaitu mengurangi berat dan bahan atap. Kami berikan stadion ini fleksibilitas yang lebih besar, baik sebagai arena outdoor maupun indoor," ujar juru bicara itu.
Namun, perusahaan itu menolak mengomentari kemungkinan skala bangunan akan kembali dirombak. Juru bicara itu mengatakan, lokasi yang diusulkan adalah ikon stadion Kenzo Tange, stadion bersejarah olimpiade musim panas tahun 1964 di Yoyogi Park, Tokyo.
Sebelumnya, sekitar 500 pengunjuk rasa turun ke jalan pada Sabtu (5/7/2014) untuk memprotes rencana pembangunan stadion Olimpiade 2020. Mereka berjalan membawa poster bertuliskan "Tolak Olimpiade Tokyo 2020, Kami Ingin Olimpiade yang Kompak dan Ekonomis".
"Panitia penyelenggara perlu mempertimbangkan kembali rencana mereka dan membuat bagian umum dari proses pengambilan keputusan," ujar penggerak demonstrasi, Kazuhisa Oriyama, kepada Japan Times.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.