Survei Bank Indonesia menyebutkan sebagian besar pengembang yakni sebanyak 58,91 persen hingga saat ini tetap menggunakan dana internal perusahaan sebagai sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial.
Sementara pinjaman perbankan, mereka jadikan sumber pembiayaan kedua, yakni sebesar 28,37 persen. Adapun dana masuk dari konsumen hasil penjualan hanya sebanyak 8,93 persen, lainnya 2,43 persen dan pinjaman dari Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB) sebesar 1,37 persen.
Berdasarkan komposisi, sumber pembiayaan pembangunan properti residensial dari dana internal perusahaan sebagian besar berasal dari modal disetor 45,10 persen, laba ditahan 35,01 persen, lainnya 16,80 persen dan patungan modal (joint venture) 3,10 persen.
Sedangkan sumber pembiayaan konsumen untuk membeli properti masih didominasi oleh pembiayaan perbankan.
"Sebanyak 72,32 persen responden masih memanfaatkan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) sebagai fasilitas pembiayaan dalam pembelian properti residensial, khususnya pada rumah tipe kecil," tulis Bank Indonesia dalam keterangan resminya, Kamis (15/4/2014).
Survei Bank Indonesia juga melaporkan secara umum, sepanjang kuartal I 2014, pergerakan harga properti residensial masih mengalami perlambatan. Ini terlihat dari Indeks Harga Properti Residensial di pasar primer yang tumbuh hanya 1,45 persen secara triwulanan (qtq), atau 7,92 persen secara tahunan (yoy).
Indeks kuartal pertama ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal IV 2013 sebesar 1,77 persen (qtq), atau 11,51 persen (yoy).
"Perlambatan terjadi pada semua tipe rumah, khususnya tipe menengah dan besar. Untuk kuartal II 2014, hasil survei memperkirakan harga properti residensial akan tumbuh 2,15 persen (qtq) atau lebih tinggi dari kenaikan pada kuartal I 2014," kata Bank Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.