Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Lokal "Cuek", Asing Justru Apresiasi Budaya Indonesia

Kompas.com - 25/04/2014, 07:32 WIB
Tabita Diela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa pun bisa menghasilkan karya seni, selama mereka mau belajar dan memulai. Inilah yang ditunjukkan oleh Claude Biche Lavalle. Lavalle membuka pameran berjudul "Photoshop Beads Artwork" di Gallery West, Jakarta Barat, Kamis (24/4/2014).

Perempuan yang berasal dari Belgia ini sudah tinggal di Indonesia selama 13 tahun. Meski belum fasih berbahasa Indonesia dengan lancar, Lavalle mengaku sangat mencintai kebudayaan Indonesia.

Lavalle memotret berbagai barang, kemudian menggabungkan gambar tersebut dengan menggunakan perangkat lunak Photoshop. Karya digital ini kemudian dia cetak dalam berbagai media, mulai dari kanvas, selendang, hingga piring. Karya-karya ini dipajang di Gallery West hasil kembangan AKR Land Development.

"Semua yang saya buat di sini, saya pelajari di Indonesia. Saya belajar dari nol. Saya tidak tahu apa-apa, saya tidak menguasai teknologi. Namun, saya mempelajari photoshop sendiri," papar Lavalle. Dia bercerita, mulai memotret benda-benda di museum. Kemudian, ingin memotret barang-barang miliknya sendiri. Di sanalah dia mulai "bermain" dengan photoshop.

"Kenapa saya melakukan hal ini? Karena saya suka. Saya suka barang-barang ini. Saya bisa memotret dan membiarkannya begitu saja. Tapi, semua orang bisa melakukannya. Jika Anda ingin lebih istimewa, jadi orang-orang bisa melihatnya dan bertanya-tanya bagaimana membuatnya, maka karya akan lebih menarik. Ini pun bukan sekadar barang. Ada kebudayaan di belakang benda tersebut. Manik-manik contohnya. Dulu, manik-manik digunakan sebagai alat tukar. Orang-orang dari segala penjuru dunia membayar dengan manik-manik," ujarnya.

Sementara itu, Managing Director AKR Land Development Widijanto mengungkapkan bahwa seni memotret dan mengedit foto yang dilakukan Lavalle memang bukan hal baru. Namun, menggabungkan gambar bernilai seni dan merangkumnya dalam desain dan ilustrasi pola bertema Indonesia, memiliki nilai seni tinggi.

"Untuk itu, Gallery West merasa bangga menjadi tempat dipamerkannya 12 karya Ibu Claude ini," ujarnya.

Menghias rumah

Karya Lavalle ini rupanya sedikit-banyak terkait dengan pengunduran diri suaminya, Daniel Eugene Antoine Lavalle, sebagai Presiden Direktur PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Kepada Kompas.com, Lavalle mengaku bahwa dia mencetak hasil karyanya ini untuk perayaan sekaligus perpisahan sang suami. Banyak orang akan datang ke tempat tinggalnya dalam acara perpisahan tersebut dan dia ingin menunjukkan betapa dirinya beserta suami begitu mencintai Indonesia.

Tidak hanya di atas kanvas. Lavalle pun mencetak hasil foto dan editannya di berbagai media lain. Karena itu, ada banyak alternatif dekorasi yang bisa dilakukan.

Di masa yang akan datang, karya-karya gubahan Lavalle dan karya digital lain pun bisa dimanfaatkan untuk menghias sofa, meja, serta berbagai barang dekoratif lainnya. Dalam kesempatan yang sama, Widijanto mengungkapkan hal ini. Dia bahkan juga menunjukkan bahwa hasil desain Lavalle bisa dicetak sebagai pelapis sofa.

Cinta kebudayaan Indonesia

Apa pun yang ingin dilakukan atas karyanya, Lavalle seratus persen membebaskannya. Dalam peluncuran karya sekaligus pembukaan pamerannya ini, Lavalle mengungkapkan bahwa hasil desainnya menjadi milik orang Indonesia. Dia bahkan secara simbolis menyerahkan karyanya pada Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar.

"Saya suka kebudayaan, segala hal tentang budaya (Indonesia). Mereka bisa melihat di kanvas saya. Terkadang orang-orang tidak mengerti. Mereka tidak tahu tempat-tempat (di Indonesia), mereka juga tidak kenal manik-manik," ujar Lavalle.

Lewat karyanya ini, Lavalle ingin menunjukkan kecintaannya terhadap kebudayaan Indonesia. Ketika ditanya mengenai apresiasi penduduk Indonesia sendiri mengenai kebudayaannya, Lavalle justru berkomentar bahwa orang-orang Indonesia umumnya lebih menyukai hal-hal berbau Barat. Dalam dekorasi rumah, misalnya, gaya klasik Eropa maupun modern Amerika lebih mudah dijumpai ketimbang rumah khas Indonesia.

Lantas, Lavalle mengingatkan agar orang Indonesia tidak melupakan kebudayaan yang dimilikinya. Salah satu cara termudah untuk mulai mengingat, mengapresiasi, dan melestarikan adalah pergi ke museum dan menyaksikan kekayaan yang dimiliki Indonesia. "Orang harus kembali ke museum," tandas perempuan yang juga anggota Indonesian Heritage Society (IHS) ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau