Pengamat perbankan, Mochammad Doddy Ariefianto, mengutarakan hal tersebut terkait rencana pemerintah mengakuisisi BTN melalui Mandiri, kepada Kompas.com, Senin (21/4/2014).
Menurutnya, Indonesia belum memiliki bank yang kuat dengan performa meyakinkan setara dengan bank-bank di negara Asia Tenggara lainnya, katakanlah Maybank (Malaysia), dan DBS (Singapura).
"Saya pikir selama ini kekhawatiran yang timbul atas rencana akuisisi tersebut tidak perlu ada, meski bisa dipahami. Karena semangatnya kan Indonesia jadi punya daya saing tinggi di sektor perbankan dan lebih siap menghadapi pasar bebas ASEAN," ujar Doddy.
Nah, lanjut Doddy, BTN yang sangat kuat di niche market perumahan selama bertahun-tahun dengan kompetensi yang tidak bisa dikejar bank lainnya, termasuk Mandiri, jika disatukan akan lebih bertaji.
Sepanjang 2013 lalu, BTN berhasil menunjukkan kinerja positif. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 14,53 persen pada kuartal keempat. Laba tercatat naik hingga Rp 1,56 trillun dibandingkan dengan perolehan laba tahun 2012 sebesar Rp1,36 trilliun.
Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh 19,24 persen menjadi Rp 96,21 triliun dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp 80,68 trilliun. Sementara Non Performing Loan (NPL) Net turun 3,04 persen ketimbang 2012 yang berada pada pada kisaran 3,12 persen.
Di sisi lain, Mandiri merupakan ujung tombak pemerintah. Mereka perlu modal dan motor-motor yang mengakar di dalam negeri.
"Karena itu, opsi menjadikan BTN sebagai salah satu unit usaha Mandiri lebih masuk akal, ketimbang merger. BTN akan menjadi motor Mandiri di sektor perumahan. Jadi, menjadi penunjang bisnis Mandiri dan dari perhitungan bisnis pula, langkah konsolidasi ini perlu untuk memperkuat aset dan posisi tawar Mandiri," imbuh Doddy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.