Greenland mencapai kesepakatan awal pada Oktober tahun lalu untuk membeli saham 70 persen atau senilai di 5 juta dollar AS untuk 000 pengembangan Atlantic Yards di Brooklyn, New York. Rencana itu menyusul kesepakatan pada Juli lalu untuk mengakuisisi proyek perumahan dan hiburan senilai 1 miliar dollar AS di pusat kota Los Angeles. Setelah tiba di AS, Chang, yang mengambil alih proyek tersebut, sekarang berburu untuk investasi lain lagi.
"Di China, semuanya bergerak begitu cepat," kata Chang.
"Kami datang dari sebuah negara dengan 1,4 miliar jiwa dan banyak pertumbuhan ekonomi. Proyek seperti ini ini dan kecepatan investasi sangat normal di China. Itu sebabnya, kami sangat yakin kami akan memberikan proyek ini," tambahnya.
Greenland setuju membeli sebagian besar Brooklyn Atlantic Yards itu dari pengembang sebelumnya, Forest City Ratner Cos. Kesepakatan itu terjadi lewat panggilan telepon yang hanya 15 menit, jamuan makan malam, serta kunjungan oleh tim eksekutif penjual ke markas Greenland Shanghai.
Seperti perusahaan China lainnya, Greenland sendiri memang berkomitmen untuk semakin banyak membangun perkembangan bernilai miliaran dolar di luar pasar dalam negerinya. Berdasarkan perusahaan riset Real Capital Analytics Inc, investasi China di properti komersial AS melonjak hampir 10 kali lipat pada 2013 ketimbang tahun sebelumnya. Manhattan menjadi daerah terbesar untuk pembelian, diikuti oleh lainnya seperti New York City dan Los Angeles.
Sebelumnya di Kompas.com juga diberitakan, bahwa para investor Asia telah mencatat sejarah baru (Baca: Asia Perkasa, Kuasai Amerika). Mereka menguasai properti-properti prestisius di negara yang selama ini digdaya secara ekonomi, yakni Amerika Serikat. Investor Asia tersebut tak hanya berasal dari China, melainkan juga Singapura, dan Korea Selatan.
Mereka merupakan generasi baru yang mengganti dominasi Jepang sebagai generasi pertama 1980-an. Kurun waktu itu, Jepang menjadi "penguasa" di Amerika Serikat yang justru saat ini sedang terpuruk.
Tiga macan Asia tersebut, secara kumulatif membenamkan dana dengan nilai fantastis di Negeri Paman Sam selama separuh tahun 2013. Tak tanggung-tanggung, angkanya mencapai 5,2 miliar dollar AS atau ekuivalen dengan Rp 51,4 triliun.
Di luar itu, seperti dilaporkan Savills China, investor asal China semakin berjaya di mancanegara. Investasi properti perusahaan-perusahaan pengembangnya meroket 600 persen selama tiga tahun terakhir. Hal ini sekaligus menjadikan Negeri berpenduduk terpadat di dunia tersebut, dipandang memiliki peranan penting dan berpengaruh di panggung properti global.
Savills mencatat, jika pada 2010 nilai investasi properti para pebisnis asal China mencapai 900 juta dollar AS (Rp 10,1 triliun), hingga akhir 2012 menjadi 5,6 miliar dollar AS (Rp 62,9 triliun). Derasnya arus investasi China ke luar negeri dimulai dari individu yang mencari properti hunian dan pengembang yang melakukan ekspansi usaha (Baca: Dana China Mencengkeram Dunia).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.