Jakarta tampaknya perlu berkaca pada kota-kota seperti Melbourne, Seoul, Tokyo, Perth, atau Mumbai. Pemerintahnya telah berkolaborasi dengan perusahaan swasta penyedia teknologi untuk memecahkan masalah perkotaan.
Tak hanya bekerjasama, dukungan penuh pemerintah kota-kota tersebut juga diwujudkan dalam bentuk kebijakan yang memungkinkan terciptanya kota pintar dengan teknologi sebagai pemandu perkembangannya.
Dengan teknologi, kota dapat dikelola secara modern untuk mengurangi penggunaan dan ketergantungan energi serta sumber daya perkotaan, dan mempersiapkan diri untuk pertumbuhan masa depan. Pemerintah dan swasta berinisiatif mengambil langkah awal dalam mengintegrasikan jaringan teknologi cerdas untuk menciptakan kota pintar yang benar.
Menurut Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP), Bernardus Djonoputro, sebuah kota dikelola dengan baik dan benar bila warganya dapat melakukan aktivitas secara efektif, efisien, dan produktif.
"Nah, selain patuh dan memegang komitmen pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah disusun, pemerintah kota juga dituntut untuk bisa melakukan inovasi, kreasi serta improvisasi menggali potensi dan sumber dayanya untuk pembangunan berkelanjutan kotanya. Memanfaatkan teknologi merupakan salah satu bentuk improvisasi pengelolaan kota," urai Bernardus kepada Kompas.com, Sabtu (23/3/2014).
Investasi "smart city"
Seiring perkembangan teknologi yang semakin maju dan matang, menstimulasi kota lainnya di Asia Pasifik untuk ikut mencari berbagai metode non-tradisional guna memecahkan masalah utama pembiayaan teknologi informasi dan perbaikan infrastruktur.
Tentu saja, pencarian metode pengelolaan kota ini ikut mendorong tumbuhnya perusahaan penyedia solusi perkotaan. Kota-kota di China dan India (di luar Shanghai dan Mumbai) juga diketahui mengadopsi strategi kota pintar.
Navigant Research memperkirakan bahwa investasi teknologi kota pintar tahunan di Asia Pasifik akan mencapai empat kali lipat pada 2023 mendatang dengan nilai 11,3 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 138,8 triliun.
Laporan Navigant Research tersebut memberikan gambaran tentang pasar Asia Pasifik untuk solusi kota pintar pada titik penting dalam pembangunan. Studi ini juga meneliti dorongan permintaan, kebijakan, tantangan implementasi, dan masalah teknologi yang berkaitan dengan kota-kota pintar di Asia Pasifik.
Proyeksi ukuran pasar tersegmentasi menurut wilayah yakni Selandia Baru dan Australia, China, India, Jepang, Asia Tenggara, dan Korea Selatan, dan menurut sektor (energi pintar, transportasi pintar, air pintar, bangunan pintar, dan pemerintah pintar), hingga 2023 mendatang.
Laporan ini juga memberikan penilaian komprehensif atas inisiatif kota pintar di Asia Pasifik dan profil pemain industri utama di wilayah ini.