Dengan teknologi, kota dapat dikelola secara modern untuk mengurangi penggunaan dan ketergantungan energi serta sumber daya perkotaan, dan mempersiapkan diri untuk pertumbuhan masa depan. Teknologi juga dapat menjadi langkah awal dalam mengintegrasikan jaringan teknologi cerdas untuk menciptakan kota pintar yang benar.
Kebutuhan teknologi pemecah masalah perkotaan tersebut memicu tumbuhnya investasi teknologi kota pintar. Menurut Navigant Research, di Asia Pasifik saja, investasi teknologi kota pintar akan mencapai empat kali lipat pada 2023 mendatang dengan nilai 11,3 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 138,8 triliun.
Laporan Navigant Research tersebut memberikan gambaran tentang pasar Asia Pasifik untuk solusi kota pintar pada titik penting dalam pembangunan. Studi ini juga meneliti dorongan permintaan, kebijakan, tantangan implementasi, dan masalah teknologi yang berkaitan dengan kota-kota pintar di Asia Pasifik.
Proyeksi ukuran pasar tersegmentasi menurut wilayah yakni Selandia Baru dan Australia, China, India, Jepang, Asia Tenggara, dan Korea Selatan, dan menurut sektor (energi pintar, transportasi pintar, air pintar, bangunan pintar, dan pemerintah pintar), hingga 2023 mendatang.
Selain itu, laporan ini juga memberikan penilaian komprehensif atas inisiatif kota pintar di Asia Pasifik dan profil pemain industri utama di wilayah ini.
Tentu saja, pencarian metode pengelolaan kota ini ikut mendorong tumbuhnya perusahaan penyedia solusi perkotaan. Kota-kota di China dan India (di luar Shanghai dan Mumbai) juga diketahui mengadopsi strategi kota pintar.
Jumlah perusahaan teknologi tersebut menggenapi perusahaan teknologi internasional lainnya yang sudah lebih dulu menangani masalah perkotaan di seluruh kawasan Asia Pasifik.