Tiga kota tersebut adalah Balikpapan di Kalimantan Timur, Makassar di Sulawesi Selatan, dan Manado di Sulawesi Utara.
Demikian rangkuman pendapat dari beberapa analis dan juga pengembang properti kepada Kompas.com, pekan lalu.
Menurut CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, kota-kota besar di luar Jakarta tersebut telah mengalami migrasi urban dari kota-kota kecil di sekitarnya. Dampak peristiwa ini adalah meningkatnya kebutuhan hunian, ruang komersial ritel, hotel dan juga perkantoran. Khusus untuk hunian, yang dibutuhkan adalah perumahan yang lebih tertata dan rapi, dengan pengelolaan profesional.
"Selain itu, faktor pengembangan otonomi daerah juga sangat berpengaruh. Banyak pebisnis yang berlomba masuk daerah. Mereka pun pasti membutuhkan hotel bisnis," papar Hendra kepada Kompas.com, Jumat (14/3/2014).
Dalam beberapa tahun terakhir, sirkulasi penerbangan juga mengikuti hukum bisnis ini. Beberapa maskapai besar, seperti AirAsia, dan Silk Air sudah membuka penerbangan ke kota-kota kedua seperti Manado, dan Balikpapan.
"Hal itu membuktikan betapa pertumbuhan ekonomi di daerah, sangat menjanjikan. Tanpa harus lewat Jakarta lagi. Belum lagi Indonesia adalah negara kepulauan yang butuh banyak fasilitas logistik," kata Hendra.
Kalangan berpunya di daerah, lanjut Hendra, juga tidak perlu terbang lagi ke Jakarta hanya untuk berbelanja di mal. Pasalnya para pengembang tersebut juga akan membangun mal menengah dan menengah atas di kota-kota incarannya.
Hal senada dikatakan Senior Associate Director and Head of Research & Advisory Cushman & Wakefield Indonesia, Arief N Rahardjo. Menurutnya, Balikpapan, Manado, dan Makassar telah memperlihatkan perubahan gaya hidup yang ditunjang oleh kemampuan daya beli yang setara dengan Jakarta dan kawasan Jadebotabek.
"Itulah mengapa, para pengembang yang sudah dan sedang menancapkan kukunya di daerah juga mengembangkan properti komersial seperti pusat belanja sebagai fasilitas yang melengkapi hunian sebagai properti utamanya," jelas Arief kepada Kompas.com, Jumat (14/3/2014).
Beberapa pengembang yang menggarap proyek skala besar di Balikpapan, Manado, dan Makassar adalah Sinarmas Land Group, Ciputra Group, dan Lippo Group.
Menurut Group CEO Sinarmas Land Group, Michael Widjaja, kota-kota Balikpapan, Makassar, dan Manado adalah kota yang memperlihatkan pertumbuhan signifikan setelah 4 tahun mengalami plantation booming (hasil bumi) seperti batu bara, kelapa sawit, dan minyak serta gas alam.
"Saat ini, permintaan properti khususnya hunian di Balikpapan dan Manado jauh lebih banyak. Peningkatan permintaan berasal dari para pebisnis lintas daerah dan juga pasar lokal yang ingin kualitas hidupnya lebih baik," papar Michael kepada Kompas.com, Rabu (19/3/2014).
Ditambah lagi, lanjut Michael, jumlah populasi kelas menengah di perkotaan yang dibidik juga meningkat. Dengan harga jual properti (hunian) sekitar Rp 1 miliar, pasar kelas menengah akan sanggup menyerapnya.
Demikian halnya dengan Lippo Group. Melalui PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mereka bakal membangun sejumlah properti komersial skala besar dengan konsep multifungsi. Menurut Vice President Corporate PR LPKR, Danang Kemayan Jati, ada potensi pasar yang belum dikembangkan secara maksimal. "Para pengembang yang sudah lebih dahulu masuk hanya berkonsentrasi di sektor permukiman, sementara sektor properti komersial masih merupakan "barang baru"," ujarnya.
CEO Lippo Homes, Ivan Budiono, mengatakan, potensi Makassar sangat besar. Pertumbuhan ekonomi Makassar, contohnya, melebihi pertumbuhan ekonomi Nasional yakni 8,5 persen. Selain itu, kelas menengah dengan kemampuan daya beli tinggi juga bertambah. Sementara pertumbuhan ekonomi Manado sekitar 7,4 persen.
"Selama ini mereka berinvestasi di luar kota, berbelanja di Jakarta atau Singapura. Nah, kami menangkap peluang itu," ujarnya.
Berikut ini perkembangan aktivitas investasi dan pembangunan properti di tiga kota tersebut:
Balikpapan
Sinarmas Land Group baru saja melansir Grand City Balikpapan di atas lahan seluas 220 hektar. Sebelumnya, mereka sudah mengembangkan Balikpapan Baru. Sementara Ciputra tengah mempersiapkan Citra City Balikpapan, menyusul kesuksesan Citra Bukit Indah. Sedangkan Lippo Group sedang mencari lahan untuk dikembangkan sebagai properti komersial berkonsep multifungsi.
Kehadiran mereka, akan menggenapi kiprah pengembang lainnya yang juga ikut menggarap kota minyak dengan tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 9,03 persen pada tahun lalu itu. Pengembang tersebut antara lain Wulandari Bangun Laksana, Supermall Karawaci, Wika Realty, Hutama Karya Realtindo, dan Mitra Gemilang Mahacipta. Sehingga, jumlah proyek properti di Balikpapan mencapai 13 proyek.
Makassar
Makassar punya megaproyek berkonsep multifungsi yang dikembangkan LPKR melalui PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk. Tak main-main, perusahaan pengembang yang berbasis di Karawaci, Tangerang, ini menginvestasikan dana sebesar Rp 3,5 triliun. Mereka akan mengembangkan superblok yang menghimpun sebanyak 12 jenis properti dalam satu area seluas 2,7 hektar.
Lokasi pengembangan proyek tersebut berada di jantung kawasan Panakukkang. Properti bertajuk The St Moritz Makassar Penthouse & Residences itu akan mencakup apartemen dua menara, salah satunya dalam bangunan 51 lantai setinggi 215 meter Bloomington Tower.
Kehadiran proyek tersebut menambah panjang daftar proyek properti lainnya yang tengah dikembangkan di ibukota Sulawesi Selatan ini. Sebanyak 31 proyek skala besar akan menghias cakrawala Makassar hingga tiga tahun ke depan.
Manado
Terbaru adalah St Moritz Manado, juga punya Lippo Karawaci. Mereka sedang mempersiapkan peluncuran proyek tersebut pertengahan tahun ini.
Chief Marketing Officer Lippo Homes, Jopy Rusli, mengutarakan, ekspansi Lippo Karawaci ke Manado, adalah sebagai bagian dari strategi korporat untuk memberikan keuntungan kepada stake holder, para pembeli dan pemegang saham.
"Harga lahan di Manado masih murah dan kami membangun dengan memberikan nilai tambah (added value)," tegas Jopy.
Dia melanjutkan, Manado sangat potensial sebagai kota berbasis perdagangan. Infrastruktur di kota ini sudah terbangun dengan cukup baik. Selain itu, Manado terbilang dekat dengan destinasi wisata yang dikenal luas secara internasional, yakni Taman Nasional Bunaken.
Selain LPKR, AKR Land juga ikut membangun Manado. Mereka menyiapkan lahan 180 hektar untuk proyek Grand Kawanua International City.
Managing Director AKR Land Development, Widijanto, mengatakan bahwa sejak awal pembangunan, GKIC disiapkan untuk mendukung bidang industri hospitality, termasuk kegiatan meeting, incentive, conference, and exhibition (MICE).
"Kami menawarkan perumahan berbagai tipe sesuai dengan permintaan pasar, seperti kluster New Royal Golf View, Bukit Kawanua Golf Resort, dan Casa de Viola, dilengkapi dengan pusat bisnis, yaitu kawasan komersial Grand Kawanua City Walk," ucap Widijanto, Jumat (21/3/2014).
Hingga tahun ini, proyek baru sampai pembangunan tahap III. Total lahan yang sudah tergarap di situ mencapai sekitar 50 ha. Total lahan AKR Land di ibu kota Sulawesi Utara ini seluas 300 ha. Jadi, masih ada 120 ha yang belum masuk perencanaan.