JAKARTA, KOMPAS.com — PT AKR Land Development terus "menggeber" bisnis propertinya di Manado, Sulawesi Utara, melalui proyek kota mandiri, Grand Kawanua International City (GKIC). AKR Land menyiapkan lahan 180 hektar untuk proyek tersebut.
Managing Director AKR Land Development, Widijanto, mengatakan bahwa sejak awal pembangunan, GKIC disiapkan untuk mendukung bidang industri hospitality, termasuk kegiatan meeting, incentive, conference, and exhibition (MICE). Di kawasan seluas 180 ha ini, AKR Land menyediakan perumahan berbagai tipe sesuai dengan permintaan pasar, seperti kluster New Royal Golf View, Bukit Kawanua Golf Resort, dan Casa de Viola, dilengkapi dengan pusat bisnis, yaitu kawasan komersial Grand Kawanua City Walk.
Hingga tahun ini, proyek baru sampai pembangunan tahap III. Total lahan yang sudah tergarap di situ mencapai sekitar 50 ha. Total lahan AKR Land di ibu kota Sulawesi Utara ini seluas 300 ha. Jadi, masih ada 120 ha yang belum masuk perencanaan.
Ada tiga proyek yang akan dibangun pada tahap III, yakni dua hunian rumah bernama New Royal Kawanua dan Casa de Viola. Satu proyek lagi adalah pusat perbelanjaan Grand Kawanua Citywalk.
New Royal Kawanua memakan luas lahan 9 ha. Saat ini sudah ditawarkan satu kluster berisi sekitar 200 unit rumah. AKR Land melegonya seharga Rp 700 juta-Rp 2 miliar per unit.
Sementara itu, Casa de Viola berdiri di atas lahan 8 ha. Satu kluster berisi sekitar 300 unit yang ditawarkan sejak November 2013. Banderol harganya Rp 400 juta-Rp 800 juta.
"Sudah terserap 90 persen," ujar Widijanto kepada Kontan, Kamis (20/3/2014).
AKR Land akan menawarkan dua hingga tiga kluster baru pada tiap proyek tahun ini. Sementara Grand Kawanua Citywalk yang berdiri di atas lahan 7 ha bakal diluncurkan pada Juni nanti.
Ada 250 lapak yang bisa disewa tenant di sini. Sejauh ini, 140 tenant siap bergabung. Nilai investasinya Rp 500 miliar.
Pertumbuhan ekonomi Manado
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Manado terus meningkat. Hal ini diperkuat dengan hasil survei Bank Indonesia yang memproyeksikan Manado sebagai kota dengan kenaikan indeks harga properti residensial tertinggi di luar Jawa sebesar 25 persen pada triwulan pertama tahun 2014. Hasil survei ini menjadi catatan penting bagi pelaku ekonomi, khususnya para pengembang perumahan.
Saat ini, meskipun ada tambahan keterangan dari Bank Indonesia bahwa kenaikan tersebut dipicu antara lain karena naiknya biaya produksi, harga bahan bangunan, kenaikan harga BBM, serta kenaikan upah, tetapi proyeksi tersebut tetap memberikan nilai positif bagi pengembang. Nilai positif tersebut khususnya untuk tetap menyediakan properti residensial bagi pasar karena ada permintaan kebutuhan properti residensial cukup tinggi.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara secara umum mencapai sekitar 7,45 persen pada 2013 lalu. Hal ini memberikan dampak positif pada gerak ekonomi kota itu. Masyarakat Manado dan Sulut semakin memerlukan hunian yang sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.
"Proyeksi Bank Indonesia ini positif. Kami berkomitmen untuk terus berperan aktif membangun perekonomian Manado khususnya dan Sulut pada umumnya," kata Widijanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.