Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Pasar ASEAN, Indonesia Tak Ada Lawan!

Kompas.com - 26/02/2014, 11:23 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rivalitas Indonesia dan lima negara lainnya di kawasan Asia Tenggara tak hanya terjadi di gelanggang olahraga SEA Games, melainkan juga sektor bisnis dan industri properti. Hal ini terungkap dalam paparan Country Head Jones Lang LaSalle Indonesia, Todd Lauchlan, mengenai ASEAN Economic Overview pada RICS ASEAN Real Estate and Infrastructure Summit di Jakarta, Selasa (25/2/2014).

Todd mengatakan, berdasarkan kondisi aktual saat ini, Indonesia muncul sebagai pesaing serius bagi Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Bahkan, untuk pertumbuhan harga sewa properti komersial, Indonesia jauh melampaui keempatnya.

Indonesia, yang diwakili Jakarta, mencatat pertumbuhan harga sewa 16 persen secara tahunan pada kuartal IV 2013 sampai kuartal IV 2014. Sementara itu, Singapura hanya 3 persen dan Bangkok 6 persen.

"Indonesia muncul sebagai pasar yang paling dinamis dan menjanjikan. Secara umum,  pertumbuhan pasar properti semua lini juga terus meningkat dari tahun ke tahun," ujar Todd.

Mengutip APREA, Pramerica Real Estate Investors, Indonesia menguasai porsi 0,7 persen atau 189 miliar dollar AS dari total pasar properti global senilai 26.559 miliar dollar AS pada 2011. Sementara itu, Filipina hanya menguasai porsi 0.2 persen atau 48 miliar dollar AS.

Porsi tersebut diprediksi melonjak pada 2021 mendatang, yaitu sebesar 1,5 persen menjadi 752 miliar dollar AS dari total 48.723 miliar dollar AS. Angka ini tak hanya menekuk Filipina, tetapi juga Thailand, Malaysia, Vietnam, bahkan melampaui Singapura yang hanya mampu mencatat pertumbuhan sebesar 1,1 persen atau 548 miliar dollar AS.

Angka lebih tinggi juga akan dicetak pada satu dekade berikutnya, yang meroket 2,1 persen menjadi 1.967 miliar dollar AS dari total pertumbuhan global senilai 92.065 dollar AS.

Menurut Todd, fundamental pasar properti Indonesia saat ini dalam kondisi sangat baik dan memungkinkan untuk terus tumbuh. Hal ini terlihat dari tingkat permintaan, pasokan dan harga sewa properti komersial perkantoran yang menunjukkan kurva positif.

"Pertumbuhan ekonomi, kenaikan jumlah kelas menengah dan pendapatan per kapita akan membuat daya saing Indonesia lebih tinggi dan diperhitungkan," ujar Todd.

Kondisi tersebut menstimulasi terjadinya arus modal dari Singapura dan Hongkong. Mereka menjadikan Jakarta sebagai lahan garapan.

"Kendati terjadi perlambatan pada awal tahun 2014, hanya sementara. Setelah Pemilihan Umum, permintaan akan menguat. Ini sama seperti Pemilihan Umum 2004-2009, di mana net take up mengalami pemulihan setelah terpilihnya Presiden," tandas Todd.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau