Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Nyeleneh", Sekolah TK Ini Bebas Warna-warni

Kompas.com - 11/02/2014, 06:45 WIB
Tabita Diela

Penulis

KOMPAS.com — Bernardo Bader Architects membuat sebuah taman kanak-kanak bernama Kindergarten Susi Weigel di Bludenz, kota kecil di kaki gunung sebelah barat Austria. Bangunan dua lantai tersebut tampil sederhana dengan beton ekspos dan kayu cemara lokal.

Kayu cemara menyelimuti bagian eksterior, sementara dinding interior dibiarkan "telanjang" dan menampilkan rangka beton. Pemilihan dua bahan ini menarik. Pasalnya, Bernardo Bader Architects seharusnya membuat bangunan penuh warna karena akan digunakan oleh anak-anak. Namun, perusahaan tersebut cukup yakin dengan menggunakan bahan-bahan berwarna pucat.

dezeen Sekolah ini memiliki lima kelas. Dua kelas berada di lantai dasar, sementara tiga kelas ada di lantai atas. Setiap kelas memiliki ruang penyimpanan dan toiletnya sendiri.
Sekolah ini memiliki lima kelas. Dua kelas berada di lantai dasar, sementara tiga kelas ada di lantai atas. Setiap kelas memiliki ruang penyimpanan dan toiletnya sendiri. Jadi, anak-anak tidak perlu berlari-lari menuruni tangga. Lantai dasar tidak hanya berisi area masuk dan ruang kelas. Di lantai tersebut terdapat ruang besar yang bisa dibagi fungsinya, sebagai kantin atau area aktivitas. Terkadang, area tersebut juga bisa digunakan sebagai kantor dan ruang rapat.
 
Alih-alih mengecat dinding sekolah dengan warna-warni mencolok, perusahaan arsitektur ini justru menggunakan warna asli material secara konsisten. Mulai dari pintu masuk tempat anak-anak menggantung jaketnya, hingga koridor, ruang serbaguna, dan ruang kelas, semuanya tampak pucat.
 
dezeen Alih-alih mengecat dinding sekolah dengan warna-warni mencolok, perusahaan arsitektur ini justru menggunakan warna asli material secara konsisten.
Sebenarnya, apa yang dilakukan Bernardo Bader Architects bukan tanpa perhitungan. Perusahaan tersebut menggunakan pintu dan jendela-jendela kaca berukuran besar. Kedua fitur ini mampu memasukkan sinar matahari dalam jumlah yang banyak. Kemudian, Bernardo Bader Architects juga memasukkan warna-warna dalam taman kanak-kanak ini. Memang, caranya lebih "lembut" daripada mengecat dinding dengan warna mencolok.
 
Bernardo Bader Architects menghias pintu dan jendela kaca dengan ilustrasi berwarna-warni dari buku bacaan anak karya Susi Weigel. Weigel, yang namanya juga digunakan untuk taman kanak-kanak, adalah penulis buku anak dan ilustrator yang meninggal pada 1990. Selama hidupnya, Weigel berkarya dan beraktivitas di Bludenz. Sebagai "pahlawan lokal", tidak heran namanya digunakan untuk institusi pendidikan anak sejak dini.

Kedua, Bernardo Bader Architects memasukkan warna dengan cara menggunakan furnitur berwarna terang. Di lantai dasar, perusahaan arsitektur ini menggunakan bantal-bantal besar sebagai tempat duduk. Bantal tersebut berwarna biru, kuning, dan putih. Sementara itu, di ruang lain tampak terdapat matras berwarna putih dengan bantal berwarna merah muda. Bisa dibayangkan, anak-anak yang bersekolah di tempat ini pun menjadi bagian yang "mewarnai" sekolahnya. Mereka bisa berlarian di dalam sekolah sembari mengenakan stoking kuning, tutup merah muda, kaus ungu, jaket biru, dan sepatu bot hijau.


Bernardo Bader Architects juga memberikan detail istimewa berupa lampu chandelier cantik yang menggantung di lantai dasar. Bentuknya seperti ranting dengan lampu-lampu temaram di setiap ujungnya. Lampu cantik ini mungkin tidak diperhatikan anak-anak, tetapi lampu tersebut tetap mampu menarik perhatian orang dewasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau