KOMPAS.com - Kikuma Watanabe bersama D Environmental Design System Laboratory memiliki cita-cita untuk mengentaskan kemiskinan di Desa Sangkhlaburi, Thailand. Tidak dengan memberdayakan tenaga-tenaga siap pakai di lokasi tersebut, tidak juga dengan membagikan hibah atau uang begitu saja, Watanabe justeru memilih membuat "pondasi" yang lebih kokoh. Dia membangun sekolah untuk anak-anak setempat.
www.designboom.com Berdasarkan imajinasi anak tadi, Watanabe menerjemahkannya menjadi bangunan sekolah. Ada dua komponen arsitektur utama dalam desain tersebut, yang pertama volume melingkar di lantai dasar dan struktur baja ringan dengan finishing bambu dan atap kaca.
Desa Sangkhlaburi berada tidak jauh dari perbatasan Thailand dan Myanmar. Di sana terdapat banyak imigran, anak-anak yatim-piatu, dan orang-orang tua yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, apalagi membesarkan dan menyekolahkan anaknya.
Guru setempat meminta anak-anak kecil ini membayangkan sekolah impian mereka. Salah satunya menggambar kapal terbang. Di sinilah peran Watanabe bermula.
www.designboom.com Volume melingkar yang ada di pada sekolah ini tidak hanya dibuat untuk estetika belaka. Volume melingkar tersebut menciptakan interior hangat, menyediakan kenyamanan bagi anak-anak, baik itu dalam bilik untuk berdoa, maupun dalam ruang kelas bumi.
Berdasarkan imajinasi anak tadi, Watanabe menerjemahkannya menjadi bangunan sekolah. Ada dua komponen arsitektur utama dalam desain tersebut, yang pertama volume melingkar di lantai dasar dan struktur baja ringan dengan
finishing bambu dan atap kaca.
www.designboom.com Ada dua komponen arsitektur utama dalam desain tersebut, yang pertama volume melingkar di lantai dasar dan struktur baja ringan dengan finishing bambu dan atap kaca.
Volume melingkar tersebut dibuat dengan
earthbag atau kantung-kantung berisi tanah. "Kubah
earthbag dianggap sebagai 'launching pad' (bantalan luncur) yang memasok kapal dengan energi dari bumi dan bangunan baja di atasnya, ketika terbang ke angkasa," ujar Kikuma Watanabe, seperti dikutip dalam
Designboom.com.
Biarlah anak-anak bermain dalam dunia imajinasi di kepalanya. Namun, kenyataannya volume melingkar yang ada di pada sekolah ini tidak hanya dibuat untuk estetika belaka. Volume melingkar tersebut menciptakan interior hangat, menyediakan kenyamanan bagi anak-anak, baik itu dalam bilik untuk berdoa, maupun dalam ruang kelas bumi.
Anak-anak ini berkumpul, belajar, dan sembahyang dalam area berukuran 3.880,5m2. Bagunannya sendiri berukuran 125,10m2, dengan jumlah area lantai berukuran lebih kecil, yaitu 104,6m2. Semuanya dibangun dengan menggunakan earthbag, pipa baja, dan bambu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.