KOMPAS.com - Satu lagi renungan yang bisa menginspirasi perbaikan sarana transportasi di tanah air. Seperti dikutip dalam
The Atlantic Cities, pengguna bus umum ternyata lebih membutuhkan data kedatangan bus ketimbang pelayanan yang lebih baik.
Bahkan, Emily Badger dari The Atlantic Cities mengungkapkan bahwa menunggu bus adalah jenis kegiatan yang paling buruk, lebih buruk dari menunggu giliran periksa di dokter, atau menunggu meja kosong di restoran. Namun, bukankah pelayanan yang lebih baik sudah termasuk data kedatangan bus?
"Ada rasa tidak aman (insecurity) ketika Anda tidak yakin situasi sebenarnya," ujar asisten profesor di Georgia Tech, Kari Watkins. Watkins mempelajari perilaku masyarakat ketika menunggu bus. Menurut Watkins, ketika Anda rela menggunakan transportasi umum, Anda pun menyerahkan "nasib" Anda ke tangan perusahaan pengelola transportasi.
Psikologi di balik pengalaman menunggu bus bagi Watkins sangat menarik. Dia menemukan, menunggu terasa lebih lama ketika tidak melakukan apa pun, merasa gelisah, atau ketika batas waktunya tidak jelas. Di tempat praktik dokter atau di apotek, berbagai usaha sudah dilakukan untuk meminimalisasi efek tersebut, misalnya dengan menyediakan akuarium atau majalah.
Di restoran, pramusaji akan memperkirakan waktu menunggu Anda lebih lama dari sebenarnya. Namun, bagaimana dengan transportasi umum? Padahal, taruhan para pengelola transportasi lebih tinggi. Tanpa usaha yang jelas, mereka berkompetisi dengan kecenderungan penggunanya memilih moda transportasi pribadi.
Watkins menemukan bahwa orang yang menunggu bus rata-rata merasa telah menunggu 50 persen lebih lama dari jangka waktu mereka menunggu sebenanrya. Observasi ini dia lakukan ketika mengerjakan disertasi di University of Washington. Menariknya, di saat yang sama, Watkins juga membekali satu grup pengguna bus lain dengan aplikasi OneBusAway. Aplikasi tersebut menyediakan informasi real-time kedatangan bus dan kereta di Seattle, New York, Atlanta, dan Tampa.
Pengguna bus yang menggunakan aplikasi ini merasa waktu tunggu mereka lebih pendek. Mereka pun merasa menunggu lebih cepat karena mereka mampu melakukan berbagai hal lebih dahulu sebelum berangkat untuk menunggu bus. Menariknya lagi, hanya dengan mengetahui waktu kedatangan bus, 92 persen pengguna aplikasi tersebut segera menyatakan dirinya lebih puas dengan transportasi publik.
Ternyata, bukannya tidak perlu meningkatkan kualitas dari pengelola sarana transportasi. Namun, hanya dengan memperjelas waktu kedatangan saja, penggunanya sudah merasa lebih nyaman.
"Kami lebih menginginkan (data) real-time ketimbang lebih banyak bus," ujar Watkins.
Lebih banyak orang yang puas dengan kinerja pengelola transportasi umum mampu mendorong jumlah pengguna sarana transportasi tersebut. Watkins curiga, aplikasi semacam ini mampu meningkatkan jumlah pengguna transportasi umum.
Bayangkan jika aplikasi ini didukung infrastruktur yang memadai, atau bahkan secara resmi tersedia bagi seluruh pengguna transportasi umum. Mungkin saja, tidak ada lagi keluh kesah pengelola transportasi bahwa penduduk kota enggan menggunakan transportasi umum. Pasalnya, pengguna bus atau kereta ternyata hanya butuh kepastian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.