Menurut data Colliers International Indonesia, dari sejumlah itu, 43 di antaranya merupakan gedung perkantoran, 7 apartemen sewa dan 83 apartemen strata (kondominium). Bisa jadi, gedung yang sedang dikembangkan tersebut bakal lebih banyak lagi jumlahnya, bila gedung perhotelan juga disertakan.
Menariknya, pembangunan gedung tinggi tersebut terdistribusi di semua wilayah Jakarta, yakni Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, dan Jakarta Timur.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa para pengembang tak mau kehilangan momen puncak properti. Mereka harus mengebut pekerjaan konstruksi untuk mengejar momen puncak tersebut. Bila pekerjaan konstruksi lambat, maka kerugian yang dikhawatirkan, akan siap menghadang.
CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, mengatakan, tak ada alasan bagi pengembang untuk menunda pekerjaan dan penyelesaian proyeknya. Mengingat harga-harga material seperti semen, baja, besi, dan beton pra cetak sudah naik.
"Dengan begitu, harga konstruksi juga menunjukkan kecenderungan naik terus. Terlebih nilai tukar Rupiah tak kunjung membaik. Jadi kalau sudah dalam status under construction, sebaiknya dikebut dan diselesaikan," kata Hendra kepada Kompas.com, Rabu (22/1/2014).
Bila momentum puncak tidak dimanfaatkan pengembang, lanjut Hendra, maka pengembang akan dihadapkan pada tantangan ongkos konstruksi (construction cost) yang makin tinggi. Jangan dilupakan juga, bahwa Indonesia cukup riskan dengan tingkat inflasi per tahun akibat kenaikan harga.
"Sementara, persaingan di antara pengembang juga tinggi. Masing-masing punya ketersediaan pasokan properti dalam jumlah banyak. Implikasinya, harga jual bakal tertekan, sedangkan ongkos konstruksi naik. Jadi profit margin akan sangat tipis," imbuhnya.
Berikut ini 133 proyek properti yang sedang dikerjakan;
Gedung perkantoran
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.