"Itu benar, namun ada segmentasinya. Segmen menengah atas tidak akan kosong, justru bertambah. 2015 ada AFTA, akan banyak ekspatriat mencari rumah. Saya tidak sependapat untuk semua segmen. Kalau untuk masyarakat bawah (MBR), bisa over supply. Apartemen tidak mudah diperoleh oleh MBR. Justeru, kalau untuk menengah atas atau atas demand-nya naik."
Namun demikian, pernyataan bertolak belakang dengan pendapat Ketua P3SRI Mualim. Menurutnya, tingkat okupansi memang belum sebanding dengan yang dibangun. Hanya saja, indikasi penurunan tingkat okupansi itu tidak benar. Dia mengaku secara berkala mengecek sendiri keadaan di lapangan.
"Rata-rata 53 hingga 60 persen. Ada yang sampai 70 persen terhuni," ujar Mualim.
Mualim tidak mengelak hal itu dan memang jumlahnya signifikan, yaitu bahwa kebanyakan apartemen dibeli oleh untuk kemudian disewakan kembali. Namun, tingginya tingkat kebutuhan hunian, khususnya di dalam kota pun begitu tinggi. Berikut ini beberapa data apartemen-apartemen "penting" yang dia berikan:
- Kalibata City, terhuni hampir 70 persen
- Sudirman Park 84 persen
- Podomoro City 70 persen
- Jakarta Residence dan Thamrin City di atas 60 persen
- Kelapa Gading 80 persen
- Gading Nias 60 persen
Mualim bilang, jika ada orang yang melihat bahwa saat ini banyak apartemen terlihat kosong dan tak berpenghuni, memang ada alasannya. Sebagian apartemen tersebut telah dibeli oleh orang yang tinggal di luar kota atau luar pulau Jawa dan hanya menghuninya pada akhir pekan. Sementara itu, ada pula yang menggunakannya di hari kerja dan justeru meninggalkannya untuk pulang di akhir pekan.
"Memang tidak diisi, karena mereka butuh untuk lifestyle saja," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.