Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas... Tinggal di Apartemen Mungil Juga Berisiko!

Kompas.com - 27/12/2013, 17:49 WIB
Tabita Diela

Penulis

KOMPAS.com - The Atlantic Cities mencatat bahwa Kota New York kini tengah menghadapi masalah perumahan. Di kota tersebut hanya tersedia 1 juta studio dan apartemen satu kamar, sementara ada 1,8 juta kebutuhan hunian. Solusi paling jelas adalah mengembangkan hunian yang semakin mungil.

Namun, para ahli memperingatkan bahwa hunian-hunian mungil yang disebut dengan micro-apartment tersebut menyembunyikan risiko kesehatan. Hal tersebut seperti disampaikan Direktur Desain untuk Kesehatan Manusia di Boston Architectural College dan pengarang buku Environmental Psychology for Design, Dak Kopec. 

"Tentu saja, apartemen-apartemen mikro ini dapat menjadi luar biasa bagi profesional muda di usia 20 tahunan," ujar Kopec.

www.houzz.com Saegert memperingatkan bahwa hidup dalam kondisi begitu padat dan kompak (compact) sangat buruk bagi penghuni lain. Apartemen seluas 27m2, misalnya, tidak ideal menjadi rumah jangka panjang bagi pasangan, atau keluarga muda.
"Tapi (apartemen-apartemen) tersebut menjadi tidak sehat bagi orang yang lebih tua, katakanlah berusia 30 dan 40 tahunan, mereka yang menghadapi berbagai faktor tekanan. Kondisi hidup yang serba terbatas bisa menjadi masalah," tambahnya.

Seperti disebutkan di The Atlantic Cities, Kopec juga mengatakan penelitian sudah menunjukkan bahwa tekanan yang berhubungan dengan kepadatan tempat tinggal mampu meningkatkan angka kekerasan domestik dan penyalahgunaan obat-obatan. Tidak ada ruang untuk berbagai kejadian di dalam rumah. Menambah furnitur di dalam apartemen mikro pun rasanya hampir tidak mungkin.

www.houzz.com Penelitian sudah menunjukkan bahwa tekanan yang berhubungan dengan kepadatan tempat tinggal mampu meningkatkan angka kekerasan domestik dan penyalahgunaan obat-obatan. Tidak ada ruang untuk berbagai kejadian di dalam rumah. Menambah furnitur di dalam apartemen mikro pun rasanya hampir tidak mungkin.
Dosen psikologi lingkungan di CUNY Graduate Center, Susan Saegert, yang juga Direktur Housing Environments Research Group, setuju dengan penadapat Kopec. Dia mengatakan apartemen mikro mampu menjadi pilihan "ramah" bagi para penduduk New York muda.

Namun, Saegert memperingatkan bahwa hidup dalam kondisi begitu padat dan kompak (compact) sangat buruk bagi penghuni lain. Apartemen seluas 27m2, misalnya, tidak ideal menjadi rumah jangka panjang bagi pasangan, atau keluarga muda.

"Saya mempelajari anak-anak dalam apartemen padat dan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah," ujar Saegert.

Menurut dia, anak-anak ini memiliki kesulitan belajar dan berkonsentrasi. Meski sudah dilengkapi dengan jendela berukuran besar dari lantai ke plafon, dek atap komunal, dan berbagai fasilitas moderen, hal tersebut tidak mampu mengkompensasikan kebutuhan anak.

www.houzz.com Saegert memperingatkan bahwa hidup dalam kondisi begitu padat dan kompak (compact) sangat buruk bagi penghuni lain. Apartemen seluas 27m2, misalnya, tidak ideal menjadi rumah jangka panjang bagi pasangan, atau keluarga muda.
Lagipula, menurut Saegert, mengembangkan hunian-hunian berukuran kecil mampu meningkatkan biaya sewa rumah per kaki persegi. Suatu saat, penduduk New York akan menghadapi biaya hunian yang semakin mahal. Harga satu apartemen studio bisa setara dengan harga apartemen satu kamar tidur di tempat lain.

Sementara itu, menurut Dosen Psikologi University of Texas Samuel Gosling yang mempelajari hubungan antara manusia dan benda miliknya, apartemen mikro memaksa pemiliknya fokus pada hal-hal fungsional.

"Padahal, sebuah apartemen harus memenuhi kebutuhan psikologi juga, seperti ekspresi diri dan relaksasi, yang kemungkinan tidak mudah dicapai di ruang padat," ujar Gosling.

Sumber: www.theatlanticcities.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com