Menurut hasil studi HVS, konsultan penyedia data industri pariwisata, jumlah kedatangan tersebut relevan dengan jumlah kunjungan di hotel-hotel berbintang. Selama 2007-2012, jumlah kunjungan mengalami kenaikan sebesar 17,4 persen. Secara khusus, selama periode yang sama, kedatangan tamu internasional melampaui pelancong domestik. Masing-masing mencatat 22,6 persen dan 15,4 persen.
Secara keseluruhan, rata-rata lama tamu internasional menginap di hotel bintang tiga dan lima, umumnya lebih lama ketimbang tamu domestik. Pada tahun 2012, pengunjung internasional tinggal selama 3,50 hari sedangkan domestik rerata 2,94 hari.
HVS juga menyebut, hingga 2016 mendatang Lombok akan menambah jumlah pasokan kamar hotel baru sebanyak 1.075 unit.
Antara 2010 dan 2012 , pasokan kamar dalam hotel berkategori berbintang tumbuh pada CAGR sebesar 28,5 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi di hotel berkategori bintang tiga, dari sebelumnya hanya 375 unit pada 2011 menjadi 731 unit pada 2012. Pertumbuhan ini nyaris sebesar 95 persen.
"Lonjakan pasokan ini sebagian besar disebabkan mulai dibukanya beberapa hotel secara bersamaan pada 2011, seperti Lombok Garden Hotel sebanyak 227 kamar dan Lombok Plaza Hotel sebanyak 117 kamar," jelas analis HVS Singapura, Peh Jun Rei.
Jumlah kamar terus meningkat pada tahun berikutnya, mencapai mencapai sekitar 2.794 kamar. Kamar hotel bintang 4 mendominasi sebanyak 40 persen, disusul bintang tiga sebesar 35 persen dan hotel bintang satu dan dua sekitar 16 persen. Sementara hotel bintang lima hanya 9 persen.
Adapun merek hotel internasional yang sudah beroperasi adalah Sheraton Senggigi, Novotel, dan Oberoi. Sebagian besar lainnya merupakan merek domestik.