Sektor properti di negeri semenanjung yang telah mendapatkan manfaat dari kenaikan harga hunian dan kebijakan moneter yang longgar dalam beberapa tahun terakhir, akan menghadapi tekanan besar. Tahun ini, menurut para analis, merupakan tahun yang menantang bagi emiten dan saham properti.
Terlepas dari kekhawatiran tentang pengaruh langkah-langkah stimulus di Amerika Serikat, pasar properti telah terpukul oleh upaya pendinginan lebih lanjut, pengetatan aturan pembiayaan rumah dan pasokan hunian baru yang meningkat."Kami pikir angka moderat kenaikan harga lima persen sampai 10 persen.
Saya tidak mengharapkan margin meningkat secara substansial karena sampai batas tertentu, biaya konstruksi telah naik. Saya akan mengatakan kita tidak bisa berharap margin sebesar 30 sampai 40 persen, 20 persen justru akan cukup baik," imbuh Liu.