Bahkan, Cluttons, melaporkan bahwa harga residensial tahunan kota terbesar kedua di negeri petro dollar tersebut mengalami peningkatan sebanyak 53 persen. Hal ini dimungkinkan karena kepercayaan pasar terhadap sektor properti mulai tumbuh kembali, pasca gonjang-ganjing krisis keuangan global 2008.
Menyusul Dubai adalah Beijing, Shanghai, Sydney dan Paris. Kota-kota ini melengkapi lima besar proyeksi pertumbuhan harga tertinggi properti residensial premium Knight Frank, awal 2014 nanti.
Sebaliknya dengan Hongkong. Kota pelabuhan ini diperkirakan akan mencatat penurunan harga drastis pada tahun 2014, yakni lima sampai sepuluh persen. Ini sebagai akibat dari upaya pemerintah mendinginkan pasar properti. Mereka memperkenalkan berbagai langkah termasuk peningkatan biaya materai untuk non-penduduk yang ingin membeli properti.
Analis Barclays, Paul Louie dan Zita Qin, menulis dalam sebuah laporan bahwa harga rumah di Hongkong bisa jatuh sebanyak 30 persen pada akhir 2015. Menurut keduanya, kejatuhan pasar properti Hongkong ini merupakan kali pertama sejak 1998.
Dengan proyeksi ini, sekaligus mengonfirmasi bahwa hubungan antara pasar perumahan utama dan kebijakan ekonomi telah semakin terjalin. Krisis keuangan menyebabkan respon kebijakan pada pasar properti utama, semakin meningkat.