Pada akhir 2012 lalu, berdasarkan catatan Kompas.com, tercatat dari target 132.500 rumah tapak, yang baru terealisasi 44 persen atau sebanyak 59.107 unit. Sementara itu, target rumah susun dari 500 hanya terealisasi 5 unit atau 1 persen.
Sebelumnya, Kemenpera merasa optimistis, KPR dengan skema FLPP pada 2012 itu akan mencapai target 133.000 rumah. Nyatanya, hingga periode September 2012, capaian target tersebut masih jauh dari harapan, yaitu baru sekitar 22.000 rumah tapak.
Tahun ini, "berita buruk" itu kembali terulang. Tercatat hingga pertengahan Desember 2013, target KPR FLPP yang baru terealisasi hanya mencapai 72 persen. Terkait hal itu, Deputi Pembiayaan Perumahan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) Sri Hartoyo mengatakan ada beberapa kendala yang menyebabkan penyerapan KPR FLPP cenderung lambat dan belum mencapai target.
"Program ini masih belum terinformasi luas baik dari segi suplai maupun demind-nya. FLPP belum tersosialisasi," kata Sri di acara Media Gathering dan Diskusi Evaluasi dan Proyeksi Program Kerja Kemenpera, di Anyer, Banten, Jumat (13/12/2013) lalu.
Kendala lainnya adalah sertifikasi lahan. Sri mengatakan, Kemenpera berupaya memastikan bahwa sertifikat bisa diselesaikan pada saatnya.
"Saya sudah minta pada asosiasi pengembang agar terus berkoordinasi dengan BPN," kata Sri.
Hal lain menjadi kendala adalah terbatasnya kemampuan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam menyediakan uang muka KPR. Sri mengatakan, upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah membebaskan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam pembelian rumah bersubsidi.
"Selain itu mengupayakan proses KPR tanpa uang muka dengan berkoordinasi dengan Bank Indonesia dan mengajukan permohonan kepada BI agar dapat menetapkan loan to value menjadi 100 persen atau persyaratan besarnya uang muka dari 5% minimal menjadi 0% untuk pembelian rumah FLPP," katanya.
Namun demikian, lanjut Sri, alasan utama yang menyebabkan rendahnya capaian target FLPP tahun ini adalah terbatasnya pasokan rumah sejahtera dengan skema KPR FLPP. Sejauh ini, pihaknya telah menyesuaikan batas maksimal harga jual rumah sejahtera yang dapat dibeli dengan KPR FLPP.
Rasanya, urusan perumahan untuk rakyat bawah masih jauh dari harapan untuk terpenuhi dengan semestinya. Karena sejauh ini, masalah perumahan seolah tak tersentuh maksimal sehingga angka backlog sebanyak 13,6 juta unit rumah menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tidak pernah berkurang. Ibarat rapor, nilai untuk Kemenpera masih merah.
Toh demikian, Kemenpera tetap memandang positif bahwa program FLPP ke depan terus terlaksana. Pada 2014 mendatang, Kemenpera bahkan kembali merancang program ini dengan target 120.000 unit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.