KOMPAS.com - Salah satu elemen dasar pembentuk atap adalah rangka atap. Jika rangka atap tidak memiliki kekuatan yang cukup, akan membuat lendutan pada permukaan penutup atap dan akan mengakibatkan bocor.
Kekuatan itu menyangkut beban penutup atap, beban rangka, beban hidup (manusia), beban angin, dan beban air hujan. Selain kekuatan, khusus untuk bagian reng dan rusuk, bentuk dan ukurannya harus lurus.
Untuk itulah, jika kedua elemen rangka ini tidak lurus dan bengkok, maka akan memengaruhi posisi penutup atap. Untuk penutup atap sendiri terdapat 3 bentuk yang meliputi:
1. Atap pelana standar
Pelana adalah bentuk atap yang paling aman terhadap kebocoran. Sambungannya hanya berada di bagian atas yang biasa disebut bubungan. Kebocoran yang dideteksi biasanya terjadi pada bubungan atap ini.
2. Atap pelana asimetris
Pada prinsipnya, atap ini sama dengan atap pelana standar. Tingkat anti kebocorannya lebih baik dibanding dengan atap pelana standar. Tak ada sambungan dan tak ada bubungan pada bagian atasnya.
3. Atap perisai
Bentuk atapnya terdiri dari dua bidang atap miring yang membentuk trapesium panjang dan bertemu pada satu garis lurus, sedangkan dua bidang lainnya berbentuk segitiga. Biasanya kemiringan atap ini sama pada setiap sisinya. Risiko bocor lebih besar karena sambungan yang lebih banyak. (Irfan Hidayat)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.