BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Pertumbuhan positif pasar properti tak hanya terjadi di kota-kota di Pulau Jawa, juga merambah daerah. Fenomena yang sejatinya sudah berlangsung sebelum krisis finansial global 2008, tersebut kian intensif saat beberapa pengembang kakap giat melakukan aksi ekspansi.
Mereka adalah Sinarmas Land Group, Ciputra Group, Agung Podomoro Land, Summarecon Agung, Lippo Karawaci, dan nama besar lainnya.
Salah satu kota yang paling diincar adalah Balikpapan, Kalimantan Timur. Kota ini memiliki potensi pasar tak kalah besar ketimbang kota-kota lainnya. Seperti diakui Senior Associate Director and Head of Research & Advisory Cushman & Wakefield Indonesia, Arief N Rahardjo, selain menjadi wilayah ekspansi para pengembang, Balikpapan juga menjadi target peritel asing.
"Balikpapan memiliki aksesibilitas, dan kondisi infrastruktur yang memadai serta fasilitas penunjang lainnya, seperti keberadaan bandar udara internasional yang saat ini sedang diperluas, dan jalan protokol sebagai syarat mobilitas atau pergerakan masyarakat ke pusat-pusat bisnis dan aktivitas," papar Arief.
Namun, dari semua faktor tersebut, lanjutnya, yang terpenting adalah potensi pasar yang mayoritas kalangan menengah atas, termasuk di dalamnya ekspatriat yang sudah pasti memiliki daya beli tinggi.
Tak mengherankan bila kemudian proyek-proyek skala besar bermunculan bak cendawan di musim hujan. Balikpapan saat ini disesaki oleh setidaknya 16 proyek dalam tahap konstruksi. Tujuh di antaranya berkonsep mixed use development.
Proyek-proyek properti tersebut menggenapi separuh dari realisasi investasi kota dengan topografi berbukit-bukit ini.
Menurut Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendi, hingga September 2013, sektor properti menguasai realisasi investasi dengan angka separuh atau Rp 2,5 triliun dari total investasi Rp 5 triliun.
"Properti memang merupakan sektor yang paling pesat pertumbuhannya di kota ini. Setelah kami menutup dan tidak menerbitkan lagi izin penambangan batubara, para pengusaha banyak yang beralih ke sektor properti. Selain itu, peran pengembang luar Balikpapan juga berkontribusi besar terhadap komposisi realisasi investasi tersebut," papar Rizal kepada Kompas.com, Kamis (14/11/2013).
Kehadiran mereka, tambah Rizal, adalah hasil dari upaya pemerintahannya memberikan insentif berupa kemudahan perizinan serta pengembangan dan perbaikan infrastruktur.
"Infrastruktur adalah concern kami. Balikpapan harus menjadi kawasan yang terbuka yang dapat menstimulasi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi bagi kawasan-kawasan lain di sekitarnya," tambah Rizal.
Selain pengembangan infrastruktur, Pemerintah kota saat ini juga tengah berupaya keras merealisasikan terbangunnya megaproyek Coastal Road Balikpapan sebagai calon area bertumbuhnya pusat-pusat bisnis komersial baru.
"Di sini nanti akan terdapat pusat bisnis yang dilengkapi perkantoran, apartemen, hotel, pusat belanja, taman, sarana rekreasi dan hiburan, fasilitas publik gratis, ruang terbuka hijau, dan lain sebagainya. Mirip dengan proyek Green Bay Pluit atau Pantai Indah Kapuk, Jakarta," tutur Rizal.
Megaproyek sepanjang 8,5 kilometer yang diprediksi menelan dana senilai Rp 5 triliun tersebut, menurut Rizal sejak 2006 dicanangkan. "Kami menargetkan realisasi pembangunan pada 10 Februrai 2014, tepat hari jadi kota ke -117 tahun," ujarnya.
Sejauh ini sudah terdapat 10 investor yang berkomitmen mendukung pembangunan Coastal Road. Sepuluh investor tersebut merupakan perusahaan swasta Nasional dan BUMN.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.