KOMPAS.com - Tragedi penembakan di sebuah sekolah di Amerika Serikat hampir setahun lalu sangat mengejutkan dunia. Seolah tak ada hentinya, tragedi itu kembali terjadi di sekolah-sekolah lain, tak terkecuali di Tanah Air.
Bukan hanya tindak kekerasan, pelecehan seksual pun kerap terjadi di sekolah. Lantas, muncul kepedulian untuk mulai berbedah diri di segala lini. Perbaikan moral para siswa dan guru pembimbingnya tentu jadi target utama. Namun, mungkinkah gedung sekolah juga memiliki andil dalam hal ini?
Corrie Rosen, seorang rekanan dalam Mahlum Architecture telah bekerja sama dengan The Washington State Coalition Against Domestic Violence (WSCADV) dalam proyek Building Dignity. Proyek tersebut bertujuan memberikan saran pada Domestic Violence Shelters untuk membuat design fasilitas rumah-rumah singgah yang mampu menguatkan dan menyembuhkan para korban. Berikut ini strategi Mahlum untuk mendesain sekolah yang mampu meningkatkan keamanan dan kesejahteraan para siswa.
Dalam desain rumah singgah tersebut, Rosen memberikan kesempatan adanya beberapa level akses bagi area publik adalah strategi pertama. Sebuah ruang pertemuan komunitas yang terbuka bagi publik bisa digunakan oleh para residen untuk berkumpul dengan keluarga atau rekan-rekan pendukung mereka. Tempat pertemuan terbuka juga bisa digunakan untuk mengadakan berbagai acara tanpa perlu mengkompromikan keselamatan para residen.
Di sekolah, hal ini bisa diartikan bahwa pada dasarnya pendidikan mengadaptasi sebuah pemahaman, bahwa proses pembelajaran seluruhnya mengenai pembuatan hubungan; pendidikan menciptakan hubungan dengan masyarakat. Berfokus pada hubungan bangunan (sekolah) dengan masyarakat sekitar, serta transparansi dari komunitas di sekeliling sekolah adalah hal penting dalam proses desain.
Gedung sekolah seharusnya bisa dimanfaatkan oleh komunitas sekitar, terutama jika fasilitas yang ada di masyarakat sangat terbatas. Namun, sekolah juga harus mampu membatasi akses masyarakat di luar lingkungan sekolah ketika kegiatan tersebut berlangsung. Selain itu, desain cantik pun mampu memegang peranan penting untuk memastikannya sebagai pusat pembelajaran komunitas yang efektif dan sukses.
Strategi kedua adalah mempertimbangkan skala. Di sekolah-sekolah, komunitas pembelajaran berskala kecil tampak menyediakan lingkungan lebih aman. Selain itu, skala kecil juga mampu meningkatkan perilaku siswa, juga meningkatkan pencapaian akademis (Baca: Arsitektur Tentukan Angka Kelulusan Siswa). Keberhasilan model ini datang dari hubungan lebih kuat antara siswa dan subjek yang dipelajarinya, guru, dan teman-teman sekelas.
Ketiga, akses visual di seluruh bangunan mampu meningkatkan "autonomy". Maksudnya, koneksi visual di sekolah-sekolah mampu menciptakan lingkungan yang sangat kolaboratif. Keterbukaan ini, menimbulkan adanya komunikasi antara staf di sekolah dan siswa. Lancarnya komunikasi mampu menyatukan seluruh elemen sekolah.
Selain itu, minimnya sekat juga mampu mendistribusikan cahaya matahari dengan lebih baik. Penggunaan banyak jendela kaca, misalnya, mampu membuat para siswa dan pengajar di dalam sekolah merasa adanya hubungan dengan dunia luar. Dinding kaca di dalam sekolah juga mampu menjaga keterbukaan dan transparansi sembari menyediakan privasi.
Selain itu, keterbukaan di dalam sekolah juga punya efek positif lainnya. Keterbukaan tersebut memudahkan orientasi para siswa di dalam sekolah, menurunkan tingkat kegelisahan pada anak-anak, dan membuat sekolah tidak mengintimidasi. Hal ini akan sangat berguna bagi para siswa, terutama pada hari pertama sekolah.
Kelima, gedung sekolah sebaiknya juga menyediakan ruang bagi para siswa atau murid untuk belajar secara individual. Tidak perlu sebuah ruang khusus. Tempat duduk di tepi lapangan, di pinggir ruang kelas, atau di lorong-lorong sekolah pun sudah cukup. Ingatlah bahwa kegiatan belajar dapat dilakukan di mana pun, sendirian atau berkelompok. Jadi, murid pun butuh ruang untuk belajar bersama.
Sekolah sebaiknya memiliki ruang pembelajaran serba guna yang bisa digunakan secara fleksibel. Bila perlu, ruang-ruang ini tidak hanya bisa digunakan oleh beberapa kelompok murid untuk belajar, namun juga digunakan oleh komunitas di sekitar sekolah.
Terakhir, selain menyediakan banyak jendela yang mampu menyediakan sinar matahari ke dalam sekolah, jendela-jendela ini juga mampu menstimulasi otak anak. Banyaknya hal yang sesekali harus dicerna oleh anak ketika memandang ke luar jendela membuat otak anak tetap waspada. Hal ini jauh lebih baik daripada pemandangan monoton.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.