Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desain Gedung Baru Penghapus Trauma Pembunuhan Keji

Kompas.com - 16/04/2013, 13:54 WIB

KOMPAS.com - Tragedi-tragedi pembunuhan massal yang terjadi di Sekolah Dasar Sandy Hook, Aurora Theater, Colorado, Amerika Serikat, pada 2012, dan Pulau Utoya di Norwegia pada 2011 lalu menyisakan luka dan kengerian pada para korban selamat, kerabat korban, dan penduduk di sekitar tempat kejadian perkara (TKP). Sayangnya, setelah krisis berangsur surut, trauma belum kunjung hilang. Muncul pertanyaan mengenai langkah yang akan dilakukan pada TKP.

Ironisnya, TKP pembunuhan massal pada umumnya merupakan fasilitas umum seperti sekolah, lapangan parkir, rumah sakit, hotel, atau pusat-pusat perbelanjaan. Masyarakat sekitar cenderung bergantung pada keberadaan fasilitas tersebut. Di sisi lain, tetap membuka dan melakukan kegiatan seperti sedia kala pascatragedi, hampir mustahil dilakukan.

Saat ini, ada tiga solusi penyelesaian masalah terkait TKP tersebut. Cara pertama adalah dengan menghapus berbagai jejak kekerasan di mana lalu. Cara kedua adalah mendesain "dari" tragedi. Ketiga, menciptakan desain ruang penyembuhan dan merangkul para korban.

Cara pertama sebenarnya tidak menyelesaikan masalah. Membumihanguskan TKP hanya "memaksa" para korban dan kerabatnya untuk segera melupakan masa lalu. Namun, pada kenyataannya tidaklah semudah itu. TKP hanya akan berubah menjadi lokasi kumuh dan tempat peringatan tidak resmi.

Seperti dilansir www.archdaily.com, seharusnya fasilitas umum yang menjadi lokasi kejadian tragedi tetap beroperasi selepas tragedi terjadi. Jika tidak, seolah-olah para pembunuh yang menyebabkan tragedi ini telah "menang". Cara kedua, mendesain berdasarkan tragedi, adalah cara paling sering dilakukan.

Menghormati korban

Erlend Blakstad Haffner, salah satu arsitek di Fantastic Norway, firma arsitektur yang bertanggung jawab pada proyek New Utoya percaya, proyeknya ini adalah cara terbaik untuk menghormati para korban dan mengirimkan pesan, bahwa sang penyebab tragedi telah gagal. Di atas pulau akan ada sebuah tugu peringatan kecil di sisi selatan pulau. Sementara tugu utama untuk mengenang tragedi ini akan berada di luar lokasi. Adapun gedung yang tersisa akan dihancurkan, atau diubah.

"Dalam kasus Utoya kami percaya pentingnya menyimpan kenangan positif dari pulau dan mengurangi efek dari pembunuhan massal dengan cara meruntuhkan bangunan-bangunan yang menjadi lokasi pembunuhan. Hari ini, gambar-gambar seputar pulau menjadi simbol tragedi," ujar Haffner.

Menurut dia, sebagai bagian dari proses pembangunan pulau ini kembali, ia berpikir penting untuk menciptakan sebuah citra baru dari pulau. Beberapa bagian tidak diubah, namun ada bagian baru untuk mendefinisikan kembali citranya.

Hal senada juga disampaikan Jack Swanzy, arsitek kepala yang memimpin proyek pembangunan kembali Columbine High School.

"Tujuan dari lingkungan sekolah adalah untuk mengembalikan gedung ini sebagai sebuah SMA. Kami tidak ingin membuatnya menjadi tempat ziarah dari tragedi tersebut," ujar Swanzy.

Sementara itu, pilihan ketiga adalah menciptakan desain atas ruang untuk penyembuhan dan merangkul para korban selamat, bukan menjaga agar penghuni gedung yang baru tidak akan melakukan hal radikal seperti dalam tragedi sebelumnya.

Membangun sebuah konstruksi yang mampu merepresi keinginan membunuh orang lain adalah hal mustahil, sekalipun membangun sebuah gedung panoptikon. Konstruksi semacam ini justeru mengalihkan dari fungsi utama konstruksi gedung dari fungsi utamanya. Misalnya, gedung sekolah sebagai tempat belajar dan bersosialisasi. Maklum, sebuah perusahaan arsitek yang berbasis di Pacific Northwest bekerja sama dengan Washington State Coalition Against Domestic Violence (WSCADV) membangun Building Dignity, proyek unik untuk mendesain tempat berlindung dari kekerasan.

Tujuan bangunan tersebut adalah menguatkan para orang tua, memastikan terpenuhinya kebutuhan anak-anak, dan memfasilitasi penyembuhan. Ini yang sebenarnya dibutuhkan, yaitu sebagai tempat berlindung, keamanan menjadi perhatian utama, bukan membuat "penjara" bagi korban.

Meningkatkan penjagaan dengan "sangar" hanya menggagalkan usaha penyembuhan penderita trauma. Kedua, sebagai tempat menghadapi trauma dan penyembuhan. Ketiga, sebuah tempat berlindung yang secara khusus didesain untuk anak-anak dan orang dewasa.

Sementara itu, sebuah artikel New York Times yang ditulis oleh arsitek Roger S Ulrich juga menyampaikan tentang pentingnya ketenangan, privasi, dan lancarnya komunikasi untuk menanggulangi trauma. Pembuatan taman yang tenang merupakan salah satu jalan mewujudkan hal itu.

Baca juga: Beratnya Hidup Miskin di Hongkong...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau