Demikian pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Jakarta, Yayat Supriyatna mengungkapkan kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (4/10/2013). Artinya, sebagai kebutuhan paling utama kehadiran rumah sakit di kawasan ini belum diperhitungkan.
"Kota Tangerang berkembang di bawah bayang-bayang Jakarta, masih sangat dipengaruhi oleh Jakarta. Padahal, potensi ekonomi Kota Tangerang itu ada, bahkan banyak. Jika tidak segera berbenah diri, kota ini bakal tertinggal dari kompetitornya, yakni Tangerang Selatan," ujar Yayat.
Namun begitu, ada hal menarik dari dua kota ini, yaitu semacam "kontes" berebut status kota otonom. Namun, tampaknya, Tangerang Selatan mulai mengimbangi, bahkan sedikit lebih maju ketimbang Kota Tangerang.
Kota Tangerang sendiri bisa diibaratkan sebagai metropolitan yang belum siap untuk bertumbuh. Padahal, penduduknya sudah 1,79 juta jiwa. Mestinya, lanjut Yayat, dengan potensi dan sumber daya yang dimilikinya, Kota Tangerang bisa mengembangkan perekonomiannya sehingga tidak bergantung terlalu banyak pada Jakarta.
"Kota ini punya Cisadane sebagai kekuatan sekaligus bisa dijadikan wisata air. Sayangnya, hingga saat ini potensi tersebut kurang dimanfaatkan," ujarnya.
Selain itu, Kota Tangerang juga bisa menghidupkan potensi usaha kecil menengah masyarakatnya sebagai kota wisata kuliner. Hal ini dapat menjadikan kota ini lebih modern berbasis kemampuan ekonomi masyarakatnya sendiri.
"Oleh karena itu, Pemerintah Kota perlu melakukan kerja sama dengan daerah-daerah di dalam lingkup Tangerang Raya, yakni Kabupaten Tangerang dan Tangerang Selatan, khususnya di wilayah perbatasan. Tujuannya untuk lebih meningkatkan daya tarik dan memudahkan kehidupan penduduknya sendiri," kata Yayat.
Terciptanya sinergi yang kuat dalam arti tidak tersekat-sekat seperti saat ini, lanjut Yayat, antara tiga daerah tersebut akan menghasilkan sebuah sistem infrastruktur yang terintegrasi dengan baik. Jaringan transportasi, jalan raya, masalah sanitasi, kebutuhan air, dan hunian bisa diselesaikan.
Pemerintah Kota Tangerang juga perlu proaktif merangkul pihak-pihak pemangku kepentingan, misalnya dengan pihak otoritas Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan pengembang-pengembang besar yang "menguasai" Kota Tangerang. Tanpa hubungan baik dan kesepahaman visi dan misi, Kota Tangerang bisa menderita ketimpangan antara satu wilayah yang dibangun dengan begitu baik oleh pihak swasta dengan wilayah hasil pembangunan Pemkot yang kumuh dan tidak terawat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.