Contoh paling buruk dari tidak berjalannya sistem itu adalah peristiwa banjir di kawasan Jalan Margonda Raya, Kota Depok, Minggu (21/4/2013) silam. Hujan deras yang mengguyur Depok sejak siang saat itu meluas ke sejumlah titik di kawasan tersebut.
Biasanya, genangan terjadi hanya di kawasan depan Terminal Depok. Tapi, saat itu efek "hujan sehari" meluas ke kawasan depan Depok Town Square. Ketinggian air bahkan mencapai 50 senti meter.
Sejumlah warga mengatakan, banjir disebabkan karena tidak tertampungnya debit air di drainase. Sampah juga menumpuk dan terjadi pedangkalan di setiap drainase sehingga memicu genangan semakin meluap.
Sebagai solusi, kata Ahsanul atau disapa Anol, pada drainase primer di sepanjang Margonda perlu diatur menuju titik cacthment area atau daerah tangkapan air sesuai kontur wilayahnya. Selain itu, hal paling utama perlu dilakukan Pemkot Depok adalah memisahkan Zona Barat dan Zona Timur untuk mengelola drainase kota ini.
"Zona Barat bisa masuk ke waduk-waduk yang ada di UI, sedangkan Zona Timur bisa langsung ke Sungai Ciliwung," kata Anol.
Mengembalikan air hujan
Anol mengungkapkan, konsep mengembalikan air hujan ke dalam bumi adalah hal paling bijak dilakukan untuk kawasan Margonda. Cara ini sudah ia praktikkan di Lenteng Agung melalui sistem konanta.
"Drainase sekunder di gang-gang dan jalan-jalan masuk di sepanjang Margonda itu bisa dibantu dengan konanta di titik tinggi. Lebarnya maksimal 2 meter dari Jl Margonda Raya," tambahnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.