Sebaliknya, mendesain dengan mempertimbangkan kecenderungan rambat bunyi di dalam ruangan dipandang sebagai usaha mewah, dalam penciptaan akustik yang baik. Padahal, akustik ternyata juga berefek langsung pada masyarakat pengguna. Hal ini diungkapkan secara menarik oleh kontributor Archdaily, Eric Baldwin.
Eric mengutip seorang komposer asal Kanada, R. Murray Schafer. Schafer mengatakan, "Arsitektur modern seperti mendesain bagi orang tuli." Menurut Eric Baldwin, apa yang disampaikan Schafer tersebut ada benarnya. Diskursi mengenai arsitektur modern tidak pernah mengikutsertakan suara atau bunyi-bunyian di dalamnya.
Alasannya sederhana. Menurut Baldwin, para arsitek, termasuk dirinya, selalu berpikir dalam ruang dan bentuk. "Kami menyeimbangkan pengertian ilmiah dan visi artistik. Masalahnya, kami memiliki tendensi untuk memberikan pertimbangan yang cukup bagi suatu benda ketimbang pada proses dan sistem," ujarnya.
Tidak dapat dimungkiri, keindahan visual memang salah satu bidang utama yang "digarap" arsitek. Lantas, mungkinkah kita mulai "melihat" suara dan menggunakannya untuk mengeksplorasi peran dalam menjaga kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan orang yang tinggal di dalamnya?
Sangat berpengaruh
Hasil studi menunjukkan, suara dan bunyi-bunyian yang terdengar, memiliki efek langsung pada sistem edukasi, kesehatan, dan produktivitas kerja. Julian Treasure, salah satu dewan Sound Agency dan pembicara dalam TED Talks mengatakan, suara juga berpengaruh secara fisiologis, psikologis, kognitif, dan perilaku manusia dalam waktu bersamaan.
Oleh karena itu, suara seharusnya menjadi salah satu pertimbangan utama dalam mendesain. Karena suara juga dapat meningkatkan kualitas hidup, jika dimanfaatkan dengan baik.
Baldwin menggarisbawahi proyek desain publik yang dibuat MASS Design Group, Rumah Sakit Butaro. Desainnya secara efektif mampu mencegah penularan penyakit yang tersebar melalui udara dengan penggunaan kipas berukuran besar. Sayangnya, kipas semacam itu justru menimbulkan bunyi mengganggu. Efeknya juga bisa fatal, seperti berkurangnya akurasi pekerja medis dalam merawat pasien, dan menurunkan angka penyembuhan pasien.
Dengan kasus ini, jelaslah mengapa desainer perlu mengikutsertakan suara sebagai salah satu pertimbangan utamanya. Meski belum banyak, namun contohnya sudah tersedia. Sound Lounge yang ada di Universitas Virginia, contohnya. Universitas tersebut mengoptimalisasi penggunaan "kantung-kantung" untuk memudahkan serta meningkatkan kejelasan pembicaraan dalam ruang yang lebih besar. Hal ini bisa dibuat dalam skala yang lebih besar untuk mengurangi kebisingan di kota. Tidak mustahil, suatu hari nanti fasad, jalanan kota, dan ruang interior lain menggunakan prinsip serupa.
Baldwin menutup artikelnya dengan kesimpulan sederhana. Dia sadar bahwa saat ini hanya langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan para arsitek untuk mulai mendengarkan dengan lebih baik. Mulailah dengan mendesain sekolah yang bisa membuat muridnya mendengar guru dengan lebih baik, atau rumah sakit hening agar pasien dapat beristirahat sebaik mungkin. Serta, kantor yang membuat karyawannya bekerja produktif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.