Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/08/2013, 17:08 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbeda dibanding beberapa tahun sebelumnya, saat pinjaman perbankan masih menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti. Kini, para pengembang justru mengandalkan dana internal guna membangun proyek-proyek properti mereka.

Menurut Survei Bank Indonesia kuartal II 2013, sebanyak 54,91 persen pengembang yang menjadi responden, mengungkapkan bahwa dana internal perusahaan masih merupakan sumber utama pembiayaan pembangunan properti mereka. Sementara pinjaman perbankan (bank loan) menempati porsi sebesar 32,41 persen. Dana konsumen yang mereka manfaatkan masih sekitar 10,17 persen. Sisanya merupakan dana yang berasal dari Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB) sebanyak 1,25 persen dan lain-lain (1,26 persen).

Berdasarkan komposisi, sumber pembiayaan dari dana internal, mayoritas berasal dari modal disetor (45,60 persen), laba ditahan (35,70 persen), patungan modal (joint venture) sebesar 3,67 persen) dan lain-lain (15,04 persen).

Direktur Keuangan Wika Realty, Imam Sudiyono, menjelaskan bahwa penggunaan dana internal tersebut ditujukan untuk pos-pos pra konstruksi, seperti pembelian lahan, biaya perizinan, perancangan atau desain, serta marketing dan promosi.

"Wika Realty menetapkan komposisi dana internal, pinjaman perbankan dan dana konsumen didasarkan pada masing-masing proyek. Jika serapan pasarnya bagus, maka kami mengalokasikan dana internal lebih besar ketimbang pinjaman perbankan. Biasanya kami menetapkan komposisi 20 persen pinjaman bank, 40 persen ekuitas perusahaan dan 40 persen pembayaran konsumen," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (27/8/2013).

Sebaliknya, jika serapannya kurang maksimal, mereka memilih menggunakan dana perbankan yang dikombinasikan dengan dana internal dan pembayaran konsumen. Selama ini, Wika Realty, hanya mengalokasikan sekitar 20 persen pinjaman perbankan dari total proyek yang dikembangkan. Itu pun belum tentu terserap habis.

"Tahun ini kami membangun 6 proyek. Total pinjaman perbankan sebesar Rp 200 miliar dengan suku bunga 11 persen hingga 12 persen. Sementara target penjualan Rp 1 triliun. Kami optimis, dana penjualan proyek-proyek akan tetap positif sehingga mengurangi penggunaan dana perbankan," imbuh Imam.

Sementara PT Metropolitan Land Tbk (Metland) menempatkan dana perusahaan sebesar 40 persen dan 60 persen pinjaman perbankan untuk proyek-proyek komersial. Komposisi sebaliknya, berlaku untuk proyek residensial.

Menurut Presiden Direktur Metland, Nanda Widya, alokasi dana perusahaan dengan porsi lebih besar untuk proyek residensial karena pembelian lahan tidak mungkin dibiayai oleh pinjaman bank.

"Beli lahan untuk perumahan harus menggunakan dana perusahaan karena nilainya cukup besar. Selain membeli lahan, dana internal kami gunakan untuk biaya-biaya kontrak, belanja karyawan, overhead dan lain-lain," ujar Nanda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com