Matthew Mazzotta, seniman asal Amerika Serikat bekerja sama dengan Coleman Center for the Arts, serta penduduk York, membuat teater "lipat" bernama "Open House" sebagai bentuk protes kurangnya ruang publik di daerah tempat tinggal mereka. Reaksi ini muncul akibat banyaknya jumlah rumah kosong yang ditinggalkan pemiliknya. Padahal, lokasi tersebut bisa digunakan untuk hal lain yang lebih berguna.
Aksi protes mereka bisa dicontoh Jakarta. Di sini banyak terdapat proyek properti mangkrak atau rumah-rumah telantar serta lahan yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya. Ketimbang berlumut dan menjadi sarang sampah masyarakat.
Awalnya, sukarelawan dari Coleman Center for the Arts mengajak penduduk York berkumpul bersama di lapangan terbuka. Secara rutin, para relawan tersebut meminta warga membawa furnitur mereka ke tengah lapangan, kemudian berbincang mengenai kebutuhan mereka di sekitar lingkungan. Hasilnya terungkap bahwa penduduk York memerlukan ruang publik untuk menampung berbagai kegiatan mereka.
Video yang dirilis dalam Designboom menunjukkan sebuah tim membongkar rumah dalam kondisi buruk. Mereka menggunakan berbagai material dari bangunan yang ditinggalkan tersebut untuk membuat proyek "Open House". Setelah hanya tinggal barang-barang yang sudah tidak bisa digunakan kembali, mereka membakar habis rumah tersebut.
"Open House adalah sebuah ruang yang unik untuk mengadakan acara. Ini merupakan kolaborasi seluruh warga York, Alabama, untuk mengubah sebuah properti menjadi proyek seni tengah kota berbentuk rumah, tetapi bisa diubah menjadi 100 kursi teater terbuka yang dapat digunakan secara cuma-cuma oleh warga," ujar narator dalam video tersebut. Dalam video, tampak 100 tempat duduk tersebut bisa dimanfaatkan untuk menonton acara musik dan layar tancap.
Selama bertahun-tahun, rumah-rumah yang sudah ditinggalkan pemiliknya ini dibiarkan begitu saja. Semakin lama, keberadaan rumah-rumah tersebut semakin mengganggu. Rumah-rumah ini merusak pemandangan kota. Kini, penduduk setempat memiliki area terbuka yang lengkap dengan tempat duduk praktis untuk melakukan berbagai kegiatan. Tempat ini berada di antara pusat perbelanjaan lokal dan kantor pos. Ketika tidak sedang digunakan, kursi-kursi ini dapat "disulap" dengan cara dilipat. Para penduduk hanya perlu empat orang dan satu setengah jam
untuk "membuka" rumah ini hingga menjadi tempat duduk.