Operator hotel yang berbasis di Australia dan dikendalikan oleh CVC Asia Pacific Ltd, tersebut berencana membuka 20 properti baru dalam tiga tahun ke depan di kota-kota potensial di seluruh Indonesia.
Menurut CEO Mantra Group, Bob East, dalam waktu dekat pihaknya juga akan membuka properti di Jakarta. Saat ini, prosesnya masih dalam pembicaraan tahap awal dengan pemilik lahan (land lord). Tersedia opsi kerjasama operasional (manajemen) dan penyertaan saham minoritas.
Untuk merealisasikan rencananya, Mantra mengalokasikan dana sebesar 20 juta dollar Australia atau ekuivalen dengan Rp 188,7 miliar. Dana sebesar itu akan digunakan untuk membeli saham (ekuitas) di Bali dan Jakarta. Perusahaan mengharapkan memperluas jangkauannya ke kota-kota besar lainnya di Indonesia setelah membangun hotel pertama mereka di Bali dan Jakarta.
"Indonesia memiliki sekitar 15 kali lebih banyak hotel yang sedang dalam tahap konstruksi ketimbang Australia. Pasarnya pun mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, hal ini memberikan kami ruang yang cukup luas untuk ikut bertumbuh," ujar Bob.
Selain itu, menurut Boston Consulting Group Inc., secara makro, perekonomian Indonesia juga berkembang positif. Produk Domestik Bruto meningkat 5,81 persen per 30 Juni 2013, jumlah kelas menengah yang diharapkan tumbuh dua kali pada 2020 nanti.
Jelas saja, Mantra tidak ingin mengabaikan kesempatan ini. Karena menurut STR Global yang diperkuat riset Jones Lang LaSalle (JLL), kompetisi bisnis perhotelan di Bali sangat menggairahkan dengan penawaran hotel tumbuh sangat signifikan dalam lima tahun ke depan.
"Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang luar biasa selama empat sampai lima tahun terakhir, dan industri perhotelannya didominasi oleh pasar lokal, kecuali untuk Bali. Di sini, permintaan domestik dan internasional tumbuh sama kuatnya, dan terjadi perkembangan yang signifikan di sektor hotel bintang 3 hingga 5," kata CEO Asia Hotel and Hospitality Group JLL, Scott Hetherington.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.