Kini Sail Komodo 2013 yang akan diselenggarakan pada 14 September mendatang juga memiliki implikasi yang tak kecil. "Event" ini diikuti tak kurang dari 150 kapal dari 47 negara peserta. Setiap peserta akan mengunjungi 21 kabupaten/kota di Nusa Tengga Timur pada Agustus 2013.
Untuk itu, Bandar Udara Komodo Labuhan Bajo sebagai gerbang utama Sail Komodo pun diperluas. Bandara ini termasuk 13 bandara yang ditingkatkan fasilitasnya. Pemerintah pusat telah mengalokasikan dana sebesar Rp 1,2 triliun pengembangannya, termasuk memperpanjang landasan pacu dari sebelumnya 900 meter menjadi 2.500 meter.
Menurut Kepala Bandar Udara Komodo Labuhan Bajo, Fuadani, Bandara Komodo akan diperpanjang agar bisa didarati pesawat besar.
"Ajang Sail Komodo 2013 September nanti kami prediksikan akan meningkatkan frekuensi penerbangan. Tapi kami belum menghitung apakah perlu menambah rute atau tidak," ujar Fuadani kepada Kompas.com, Senin (24/6/2013).
Selain meningkatkan fasilitas dan kapasitas bandara, perhelatan besar tersebut juga berdampak pada merangkaknya harga lahan di kawasan-kawasan pusat kota, pelabuhan, dan sekitar Bandara.
Di Jl Soekarno-Hatta, sebelum "woro-woro" The New Seven Wonders dan Sail Komodo 2013, harga lahan masih berada pada kisaran Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per meter persegi. Sementara di pinggiran Rp 500.000-Rp 1 juta per meter persegi.
Sekarang, angka itu sudah berubah dan melonjak drastis. Di tengah kota, sekitar pusat pemerintahan dan ekonomi, harga lahan telah mencapai Rp 3 juta hingga Rp 5 juta per meter persegi. Sedangkan di pinggiran, harga yang ditransaksikan berada pada level Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta per meter persegi.
Menurut pelaku industri perhotelan, Anggie Kanawa, pihaknya kesulitan mencari lahan dengan harga kompetitif di Labuan Bajo. Sudah begitu, pasoknya pun terbatas. Kalau pun ada, harganya sudah tidak rasional.
"Implikasi Sail Komodo 2013 memang sangat terasa. Semua serba mahal. Harga lahan terutama. Kami yang akan melakukan ekspansi harus menghitung ulang biaya belanja lahan," ujar Anggie yang juga merupakan pengelola obyek wisata Kanawa Island.
Kanawa Island sendiri yang terpisah lokasinya dari Labuhan Bajo, status lahannya merupakan hak sewa selama 30 tahun. Ketika masa sewa habis, hak ini harus diperpanjang. Nilai aktual, aku Anggie, ikut meningkat dari nilai transaksi pada 20 tahun silam ketika obyek wisata ini mulai dikembangkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.