"Ada kecenderungan, cepat berkurangnya areal terbuka ini karena adanya fasilitas umum, industri, perubahan peruntukan lahan, dan lainnya," kata Trisno.
Salah satu cara untuk menggantikan daerah resapan air, menurut dia, adalah dengan sumur-sumur resapan buatan di setiap rumah tangga atau bangunan tempat tinggal. Sebenarnya, pemerintah pusat dan daerah telah berupaya mengatasi permasalahan krisis air tanah ini, antara lain dengan membatasi pemberian rekomendasi teknis dan penerbitan izin pemakaian atau izin usaha air tanah. Di beberapa kota besar malah diberlakukan pajak air tanah bagi kalangan industri dan komersial.
Upaya lain adalah melakukan konservasi air tanah, baik secara alamiah berupa penghijauan atau lebih populer dengan istilah go green, maupun dengan cara pengisian buatan berupa pembuatan sumur resapan, lubang biopori, serta drainase berpori. Nyatanya, hingga saat ini hasilnya belum maksimal.
Untuk mengatasi degradasi sumber daya air tanah, salah satu upaya telah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, antara lain Yogyakarta, Bogor, Depok, serta Gorontalo, adalah dengan membangun waduk resapan. Fungsi utama waduk resapan ini adalah sebagai media resapan agar air permukaan dapat dengan mudah dan cepat masuk ke dalam lapisan akuifer.
Model waduk ini cocok diterapkan pada daerah perkotaan sebab hanya membutuhkan luas lahan berkisar antara satu hingga enam hektar. Hanya saja, syaratnya, lahan tersebut harus memiliki lapisan tanah atau batuan dengan daya resap tinggi.
Menurut Teddi W Sudinda, mantan Ketua Tim Proyek Pengembangan Waduk Resapan Kementerian Ristek, filosofi dasar dalam pengembangan waduk resapan adalah mengurangi debit air yang mengalir di permukaan tanah dan meningkatkan cadangan air bawah tanah. Pembuatan waduk resapan berbeda dengan pembuatan waduk pada umumnya. Sebab, dasar waduk dihubungkan langsung dengan lapisan akuifer.
Adapun maksud pembuatan waduk resapan hampir sama dengan sumur resapan. Hanya saja, waduk resapan memiliki luasan berbeda.
Pada hakikatnya, sumur resapan dan waduk resapan sama-sama berfungsi mengendalikan banjir serta meningkatkan jumlah air tanah dengan cara menurunkan limpasan permukaan dan meningkatkan infiltrasi/perkolasi.
Hasil studi Kementerian Riset dan Teknologi memperlihatkan, teknologi waduk resapan mampu mengatasi dampak krisis air tanah berupa banjir dan kekeringan sehingga hal ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah kota untuk menelaah lebih jauh penerapannya agar banjir dan kekeringan setiap tahun dapat teratasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.