Setelah keluar dari perusahaan, Arifin kemudian kerap terlibat perkara dengan Ayung yang merupakan teman lamanya di Surabaya. Pada tanggal 30 Desember 2006, Ayung ditangkap atas laporan yang dibuat Arifin ke Polda Metro Jaya. Ayung dituduh telah melakukan pemalsuan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia dan akta notaris. Saat ditangkap, polisi juga menemukan dua buah kartu tanda penduduk berbeda dengan foto yang sama, yakni wajah Ayung.
Setelah itu, Arifin kembali membuat pengumuman iklan baris di Media Indonesia tentang pembubaran dan likuidasi PT Sanex Steel Indonesia, di mana likuidatornya adalah Arifin sendiri. Arifin juga sempat mempersoalkan status kewarganegaraan para pemegang saham Sanex.
Pada tanggal 26 Januari 2007, pabrik Ayung diserang kelompok massa pimpinan Amir Talaohu dan Mutaqin yang membawa surat kuasa Arifin untuk mengambil alih pabrik dengan dasar keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang membubarkan Sanex. Kasus penyerangan itu pun kemudian berlanjut ke meja hijau. Amir dan Mutaqin akhirnya divonis Pengadilan Negeri Tangerang pada tanggal 4 Agustus 2008 dengan tiga bulan penjara. Sementara, Arifin dinilai tidak terbukti terlibat penyerangan itu.
Pada tahun itu juga, Arifin melaporkan tiga orang pemilik saham Sanex, yakni Ayung, Rudy Santoso, dan Kong Tju Yun, terkait sengketa kepemilikan saham di Mabes Polri. Kasus ini akhirnya ditetapkan Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 26 Agustus 2009 dengan membebaskan ketiganya dari hukuman karena perkara itu perkara perdata.
Diduga, perseteruan antara Ayung dan Arifin ini terjadi lantaran Arifin ingin kembali masuk ke dalam perusahaan. Carel yang mendampingi Arifin selama proses hukum itu berlangsung membenarkan adanya perseteruan antara Ayung dan Arifin soal Sanex itu.
"Benar, memang mereka sempat saling lapor soal Sanex dan perbuatan Arifin kepada para pemegang saham. Tapi akhirnya mereka sepakat untuk berdamai," kata Carel.
Lebih lanjut, Carel juga enggan menduga-duga apakah perseteruan bisnis Ayung ini menjadi latar pembunuhan ayah empat anak itu. "Bisa saja, tapi perlu kekuatan lebih besar sampai bisa membuat John Kei, misalnya benar, membunuh Ayung," kata Carel.
Apakah posisi Arifin lebih kuat dari Ayung? "Tidak. Masih lebih kuat Ayung karena berseteru dengan Sanex, Arifin habis uang banyak dan dia mulai merintis usahanya lagi," tutur Carel.
Berdasarkan sumber Kompas.com, Arifin tidak memiliki perusahaan. Dia bekerja sebagai rentenir kepada orang-orang yang butuh pinjaman uang. Arifin pun dikenal dekat dengan sejumlah pejabat kepolisian, demikian juga dengan Ayung. Baik Ayung dan Arifin konon dikabarkan sama-sama disokong oleh orang kuat di belakangnya baik itu dari politisi, polisi, bahkan pengusaha yang lebih besar.
Lalu, siapakah "orang kuat" di balik John Kei? Penyidikan hingga kini masih berlangsung untuk menyingkap misteri kematian Ayung ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.