Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menguak Motif di Balik Pembunuhan Bos PT Sanex

Kompas.com - 01/03/2012, 11:37 WIB
Sabrina Asril

Penulis

"Tapi kalau pun dia mau ketemu, yah itu biasa saja buat saya. Karena John Kei kan sudah sangat dekat dengan Ayung," ucapnya.

Menurut Tofik Candra, pertemuan Ayung dan John Kei sesaat sebelum pembunuhan terjadi hanya untuk membahas perayaan hari raya Imlek dan soal bantuan yang dimintakan Ayung kepada John Kei soal perusahaannya. Saat anak-anak buah John Kei datang, Ayung meminta waktu untuk berbicara dengan mereka dan John Kei pun pulang. John Kei, diakui Tofik, tidak mengetahui adanya pembunuhan itu.

Namun, sumber Kompas.com lain yang juga dekat dengan sosok Ayung meragukan hal itu. Menurut sumber itu, sosok John Kei tidak akan mungkin meninggalkan Ayung sendirian di dalam kamar, sementara belasan anak buahnya datang menghampiri Ayung. Dari hasil reka adegan yang dilakukan kepolisian beberapa waktu lalu, John Kei juga diketahui ada di dalam kamar saat pembunuhan terjadi.

Saat anak buahnya menghabisi nyawa Ayung, John Kei saat itu duduk mengamati. Jika memang benar John Kei terlibat dalam kasus pembunuhan ini, pastilah ada motif yang lebih kuat dan lebih menguntungkan bagi John Kei ketimbang perkara jasa fee Rp 600 juta. Saat dimintai konfirmasi hal ini, Carel mengakui dirinya sempat terbersit hal itu.

"Ya, saya menduga seperti itu. Dari kronologi ceritanya, tidak mungkin seorang John Kei tega membunuh Ayung kalau tidak ada orang yang punya kekuatan lebih besar dan lebih bisa diandalkan dan lebih segala-segalanya dari Ayung," ungkap Carel.

Apakah pembunuhan terhadap Ayung adalah "titipan" orang lain? "Bisa saja," ujar Carel.

Namun, dugaan itu perlu pembuktian dan penelusuran yang dilakukan aparat kepolisian. Carel pun tidak bisa menduga siapakah orang yang kemungkinan menginginkan Ayung terbunuh. "Saya tidak bisa menduga-duga, itu nanti pekerjaan polisi yang mengungkap," katanya.

Motif sesungguhnya jika memang benar kematian Ayung sudah dipesankan seseorang, pertanyaan yang muncul berikutnya adalah mengapa Ayung perlu dihabisi? Jika melihat latar belakang Ayung, sektor bisnis bisa menjadi satu-satunya ancaman nyawa Ayung. Pasalnya, Ayung kerap kali berurusan dengan aparat kepolisian lantaran perkara bisnisnya.

Pada tanggal 7 Desember 2004, Ayung bersama dengan tiga rekannya, yakni Rudy Santoso, Kong Tju Yun, dan Ho Giok Kie alias Arifin, mendirikan perusahaan bernama PT Sanex Steel Indonesia yang bergerak di bidang peleburan besi baja. Keempatnya pun menjadi pemegang saham dengan komposisi Ayung dengan 7.000 saham, Kong Tju Yun 5.500 saham, Rudy Santoso 4.000 saham, dan Arifin 3.500 saham.

Namun, perjalanan Sanex sebagai perusahaan baru terbilang tidak terlalu mulus. Berdasarkan data yang dihimpun Kompas.com, pada Oktober 2005, Arifin mengundurkan diri secara tertulis. Seluruh modal saham Arifin yang pernah disetorkan pun telah dikembalikan semuanya.

Halaman:
Baca tentang


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau