KOMPAS.com - Dulu, sentra penjualan keramik di Pasar Sitimang lebih dikenal sebagai pusat penjualan guci antik dari China. Namun, meski guci tak lagi laris, nama Pasar Sitimang terus berkibar.
Tak heran, kini Pemerintah Kota Jambi menyulap Pasar Sitimang menjadi salah satu tujuan wisata belanja. Terkenal sejak lama sebagai tempat berburu keramik mewah berharga miring, Pasar Sitimang kerap disambangi pembeli dari berbagai kalangan. Bahkan, banyak pembeli yang berasal dari luar kota Jambi.
Dulu, kata Zadiga, pengelola toko keramik Isalin, banyak pengunjung memburu keramik berupa guci biru bergambar gajah.
"Pajangan itu menjadi primadona selama bertahun-tahun, padahal harganya juga lumayan mahal," kata Zadiga.
Namun, meski guci sudah tak laris lagi, pedagang mampu mempertahankan ketenaran Pasar Sitimang. Para pedagang mampu menjaga nama Pasar Sitimang lantaran kreatif dalam memilih barang dagangan.
Lihat saja, pedagang keramik di sini hanya memajang keramik-keramik eksklusif. Bahkan, kerap terlihat, koleksi antara satu toko dengan toko lainnya berbeda. Apalagi, banyak pembeli sengaja mencari desain dan motif yang jarang dijual.
Supaya tokonya tetap ramai pengunjung, Zadiga pun selalu mengikuti perkembangan desain keramik. Ia rajin datang ke toko-toko keramik di Jakarta untuk melihat perkembangan mode keramik.
"Sambil mengirim pesanan di Jakarta, tiap bulan saya mencari tren keramik yang banyak diminati," ujarnya.
Memajang koleksi keramik yang sedang menjadi tren memang wajib dilakukan oleh para pedagang keramik di Pasar Sitimang ini.
"Pelanggan kami yang kebanyakan pengecer keramik di daerah lain. Mereka selalu ingin motif terbaru yang eksklusif," ujar Dodi, pengelola toko Zakaria.