Matahari pemanas air
Untuk mendapatkan air hangat, Tan tidak menggunakan water heater yang menggunakan listrik. Di teras itu juga disediakan alat pemroses air hangat yang mendapat panas dari matahari.
"Untuk alat-alat pengolah sinar matahari ini memang saya mengeluarkan biaya cukup besar. Tetapi, pengeluaran di awal itu membuat saya mampu menghemat beberapa puluh persen penggunaan energi listrik," imbuhnya.
Menghabiskan banyak biaya untuk pengolahan energi, lanjut Tan, harus diakali dengan menghemat anggaran di sisi lain saat membangun rumah itu. Dengan cerdik dia memanfaatkan barang-barang bekas untuk rumahnya.
Hak hidup pohon
Bagi arsitek ini, pohon punya hak hidup. Ketika ia membeli rumah itu, sebatang pohon cukup besar tumbuh di halaman depannya. Tan memutuskan menambah luas beranda hingga ke pagar depan tanpa menebang pohon tersebut. Demi tujuan tersebut, ia memberi lubang pada lantai kayunya untuk memberi ruang tumbuh bagi pohon yang memberi keteduhan di siang hari dan menjadi penghalang debu agar tidak langsung masuk ke rumahnya yang terbuka itu.
"Sayang sekali kalau dipotong, karena pohon ini bisa menjadi penghalang debu dan bagian depan rumah pun teduh," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.