Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Hijau dan Nyaman ala Jaye Tan

Kompas.com - 06/10/2011, 09:21 WIB

SINGAPURA, KOMPAS.com - Jaye Tan, seorang arsitek dari DP Architect Singapura, menetapkan syarat tertentu dalam merancang rumah yang akan sekaligus dia jadikan kantor. Di Singapura, rumah harus memenuhi syarat sebagai sebuah bangunan hijau, namun tetap nyaman dan sejuk, serta enak dipandang sebagai sebuah hunian.

Rumah yang dibangun oleh Tan itu, misalnya, juga harus memiliki sertifikasi Green Mark Platinum untuk hunian dari Building and Construction Authority (BCA) Singapura. Meskipun tidak 100 persen menciptakan energi sendiri untuk listrik, Tan memanfaatkan sinar matahari yang melimpah semaksimal mungkin. Dia merancang rumah panggungnya itu dengan kaca pada bagian depan dan belakang rumahnya.

"Saya tidak perlu menyalakan lampu pada siang hari, karena sinar matahari bisa masuk ke rumah," ujar perempuan berambut model bob pendek ini, saat ditemui KOMPAS.com, awal September lalu.

Nah, apa saja konsep hijau yang diterapkan oleh Tan di rumahnya? Berikut beberapa hal yang ia lakukan dan bisa dijadikan panduan:

Reflektor matahari

Tentu, dengan konsep bangunan hijau, diperlukan trik-trik khusus untuk menahan panas. Tan menghias dinding pada belakang rumahnya dengan tanaman rambat.

"Selain menambah keindahan, tanaman ini mampu meredam panas matahari," lanjutnya.

Warna putih

Trik lainnya adalah memasang tirai putih transparan untuk memantulkan panas. Alasannya, warna putih mampu memantulkan panas.

"Jadi kita hanya mendapatkan sinarnya, bukan panasnya," jelas Tan.

Tuas untuk membuka dan menutup tirai itu dioperasikan dari dalam. Hasilnya memang terasa. Meskipun terang benderang, ruang kerja Tan tidak terasa panas, bahkan tanpa alat pendingin ruangan sekalipun.

Barang bekas

"Itu pohon tumbang yang dipotong," katanya, sambil menunjukkan sebuah meja kayu besar yang bagian pinggirnya tidak rata.

Namun, justeru lekuk pohon dan tekstur yang tampak jelas itulah yang memberi nilai artistik tersendiri di ruangannya.

Untuk lantai, Tan juga memanfaatkan kayu bekas. Begitu juga dengan tangga kayu yang mengantar penghuninya bergerak dari lantai ke lantai.

Tan memang menggunakan furnitur yang sebagian besarnya merupakan barang lama. Ada yang diolah lagi, ada juga digunakan begitu saja, seperti kursi batu di teras lantai atas.

Dapur di depan

Tidak seperti kebanyakan rumah yang meletakkan dapur di bagian belakang rumah, Tan justru menempatkan dapur di bagian depan, berhadapan langsung dengan ruang tamu. Ia punya alasan khusus untuk ini.

"Agar mendapat sinar matahari secara langsung dan asap dapur pun tidak berkecamuk di dalam rumah," tuturnya.

Dengan begitu, lanjut Tan, dia tidak perlu menyalakan lampu pada siang hari.

Matahari pemanas air

Untuk mendapatkan air hangat, Tan tidak menggunakan water heater yang menggunakan listrik. Di teras itu juga disediakan alat pemroses air hangat yang mendapat panas dari matahari.

"Untuk alat-alat pengolah sinar matahari ini memang saya mengeluarkan biaya cukup besar. Tetapi, pengeluaran di awal itu membuat saya mampu menghemat beberapa puluh persen penggunaan energi listrik," imbuhnya.

Menghabiskan banyak biaya untuk pengolahan energi, lanjut Tan, harus diakali dengan menghemat anggaran di sisi lain saat membangun rumah itu. Dengan cerdik dia memanfaatkan barang-barang bekas untuk rumahnya.

Hak hidup pohon

Bagi arsitek ini, pohon punya hak hidup. Ketika ia membeli rumah itu, sebatang pohon cukup besar tumbuh di halaman depannya. Tan memutuskan menambah luas beranda hingga ke pagar depan tanpa menebang pohon tersebut. Demi tujuan tersebut, ia memberi lubang pada lantai kayunya untuk memberi ruang tumbuh bagi pohon yang memberi keteduhan di siang hari dan menjadi penghalang debu agar tidak langsung masuk ke rumahnya yang terbuka itu.

"Sayang sekali kalau dipotong, karena pohon ini bisa menjadi penghalang debu dan bagian depan rumah pun teduh," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com