Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arsitek yang Sukses Jadi Juragan Properti

Kompas.com - 15/08/2011, 16:05 WIB

KOMPAS.com - Meski sempat tidak naik kelas dan mendapat nilai buruk saat kuliah, Iwan Sunito tetap semangat belajar dan bekerja. Setelah menjadi arsitek, ia kini sukses di negeri tetangga bersama Crown International Holdings Grup yang didirikannya.

Jika pergi ke Sydney, Australia, Anda akan menemui beberapa apartemen pencakar langit yang menjadi tempat hunian warga. Beberapa di antaranya sebenarnya dibangun oleh orang Indonesia. Nah, salah satu perusahaan pengembang apartemen yang cukup ter­pandang di sana adalah Crown International Holdings Group yang dipimpin Iwan Sunito.

Di tangan Iwan, perusahaan yang berkantor pusat di New South Wales, Australia, ini tumbuh menjadi perusahaan properti bergengsi. Sejak berdiri 15 tahun lalu, Crown berhasil menggarap setidaknya enam proyek apartemen. Sebutlah Crown Bondi, Crown on the Hill di Pennant Hills, Millennium dan Icon di Homebush, Crown Citiview di Ashfield.

Saat ini, Crown sedang menyiapkan tiga proyek apartemen baru dengan total investasi senilai Rp 18 triliun. Harga per unit sekitar Rp 5 miliar sampai Rp 9 miliar. Tahun lalu, Crown berhasil membukukan pendapatan Rp 1,5 triliun.

Tentu saja, kesuksesan pria kelahiran Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dalam membangun Crown tidak terjadi dalam semalam. Pria berusia 45 tahun ini sudah meniti karier di bisnis properti sejak lulus kuliah di University of New South Wales (UNSW), Australia.

Bahkan, bila menengok ke masa kecilnya seperti tidak menyangka Iwan bisa sesukses sekarang. Dulu ia harus berjuang melawan dirinya sendiri. Sebab, Iwan bukanlah termasuk siswa berprestasi. Waktu itu, ia bahkan sempat minder dengan prestasi akademiknya.

"Saya sempat tidak naik kelas saat SMA karena malas," katanya.

Tapi, kecelakaan saat liburan menjadi titik balik yang membuat hidupnya berubah.

"Saat tidak naik kelas, saya main ke Bali, lalu di sana tabrakan," kata Iwan.

Ia terbaring sekarat di rumah sakit selama lima hari. Pengalaman itu membuatnya sadar akan tujuan hidupnya. Ia merasa Tuhan mengizinkan hidup untuk suatu alasan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau