Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hiramsyah S Thaib: Padukan Properti dan Infrastruktur

Kompas.com - 29/12/2010, 22:50 WIB

Memang Jasa Marga juga masuk bisnis properti. Mereka membangun jalan tol, lalu membangun perumahan di sekitar jalan tol. Jasa Marga belajar dari Bakrieland. Saya memang pernah bicara di depan Jasa Marga. Tapi bagi saya itu tak masalah. Saya menganut paham mentalitas kelimpahruahan. Kalau kita bagi ilmu, harga kita tidak berkurang, tapi malah akan bertambah.

Jadi tak usah takut berbagi ilmu. Jasa Marga bukan saingan Bakrie Toll Road karena Indonesia masih butuh sepuluh perusahaan seperti Jasa Marga. Indonesia butuh banyak investor jalan tol.

Mengapa Bakrielad menggarap jalan tol?

Mengapa Bakrieland masuk bisnis jalan tol, karena kami ingin membuktikan Bakrieland membangun secara terpadu. Selama ini pembangunan jalan tol dianggap parsial. Padahal jika dibangun secara terintegrasi, akan menaikkan nilai tambah. Misalkan kami membebaskan lahan untuk jalan tol, kami akan membangun potensi yang ada di sana, ekonomi setempat tumbuh sehingga masyarakat sekitar jalan tol dapat menikmati manfaatnya.

Selama ini kan hanya lewat saja. Nah, kami punya pendapat berbeda. Jika kami bangun jalan tol, maka masyarakat sekitar harus menikmati nilai tambahnya.

Jalan tol mana saja yang akan digarap Bakrieland?
Kami akan membangun jalan tol Bogor-Sukabumi-Bandung. Jalan tol ini akan melewati properti yang dbangun Bakrieland, yaitu Bogor Nirwana dan Lido. Kami juga sudah menggarap Kanci-Pejagan.

Apa yang akan dikembangkan Bakrieland di sekitar jalan tol itu?
Potensi yang akan dikembangkan di sana adalah sektor pariwisata, perkebunan, dan kehutanan. Kami akan mendesain kawasan ini sehingga tertata dengan baik. Kami tak mau mengulangi kegagalan Puncak, di mana pembangunan di Puncak merusak DAS Citarum. Kami membuat masterplan di sana, termasuk rencana membangun destinasi wisata.

Dan karakter yang tepat adalah semacam Disney Mountain. Selama ini yang kita kenal adalah Disney Land dan Disney Sea. Tapi di kawasan Lido, kami punya mimpi membangun semacam Disney Mountain dengan theme park. Luasnya bisa mencapai 5.000 hektar. Selama ini kan rata-rata sekitar 200 hektar sampai 200 hektar. Tapi di Lido, luasnya sampai lima ribu hektar, terluas di dunia. Kami akan bangun dari Bogor Nirwana terus ke Lido dan Sukabumi.

Mengapa Bakrieland membangun properti wisata di sini?
Bakrieland saat ini memiliki bank tanah terbesar di Indonesia. Kami memang punya rencana membangun kawasan properti wisata dari Bogor Nirwana ke Sukabumi. Kami bangun jalan tolnya, sekaligus kawasan propertinya. Ini akan dikembangkan dari Ciawi, Sukabumi hingga Bandung. Kami mengambil alih tanggung jawab Puncak dan Bandung . Jadi perlu dibangun destinasi baru untuk wisata.

Kami membangun kawasan properti terpadu, terintegrasi. Mengapa? Kalau kita lihat saat ini Bandung dan Puncak sudah tak mampu lagi menampung masyarakat yang berakhir pekan. Karena itulah perlu kawasan properti wisata terpadu. Dan saya kira hiburan merupakan salah satu kebutuhan manusia modern saat ini, selain kesehatan dan pendidikan. Kebutuhan dasar manusia sandang, pangan, papan, harus ditambah tiga poin ini.

Kita tidak ingin kecolongan dari Singapura. Saya sedih ketika tahu Singapura bangun Universal Studio. Pangsa pasar mereka kan orang-orang Indonesia juga. Jadi sudah waktunya Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia Tenggara, memberdayakan ekonomi rakyat.

Dan kebutuhan hiburan masyarakat Indonesia harus dipenuhi, salah satunya dengan membangun kawasan ini. Pasarnya tetap masyarakat Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi ditambah Puncak, Sukabumi, Cianjur. Konsep megapolitan ini tak bisa dilawan karena tren dunia ke arah sana, seperti Tokyo, Los Angeles, London dan lainnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau