Berikut wawancara Robert Adhi Ksp dari Kompas.com dengan Hiramsyah S Thaib, Presiden Direktur dan CEO Bakrieland Development.
Sejak kapan Anda bergabung di Grup Bakrie?
Saya bergabung di Grup Bakrie sejak tahun 1997. Sebelumnya saya di Bank Niaga. Spesialisasi saya melakukan rekapitalisasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Ketika pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi, saya sebagai CEO Bali Nirwana berhasil membangkitkan kembali Bali Nirwana dan berhasil.
Setelah itu saya diminta menjadi CEO Bakrie Capital, membantu melakukan rekapitalisasi banyak perusahaan lainnya di Grup Bakrie. Alhamdullilah, banyak hasilnya. Sebelumnya saya juga jadi CEO BTPN melakukan hal seperti ini. Jadi spesialisasi saya memang melakukan rekapitalisasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Apa yang Anda benahi?
Tahun 2007, saya diminta membenahi Bakrieland, menjadi CEO Bakrieland Development. Kondisinya pada saat itu, tidak terlalu terpuruk tapi tidak optimal. Pada Desember 2006, posisi Bakrieland di urutan ke-10. Dalam satu tahun, setelag proses rights issue, posisi Bakrieland nomor satu.
Apa kiat Anda membuat Bakrieland berkibar?
Tugas CEO itu sebetulnya ada tiga. Yaitu membuat visi dan misi perusahaan, membentuk winning team, dan memiliki networking.
Jadi tugas saya adalah membuat visi misi. Setelah itu membentuk winning team. Jadi saya harus mampu membentuk tim yang tangguh dan memiliki jaringan yang kuat. Kalau tiga tugas itu sudah dikerjakan dengan baik, perusahaan sudah bisa terbang.
Khusus Bakrieland, perusahaan ini tidak hanya tumbuh, tapi melesat secara ekstrem. Bukan hanya 10 persen, kalau cuma itu artinya biasa-biasa saja, tapi tumbuh hingga dua digit.
Kiat sukses perusahaan juga ada pada winning team dan CEO-nya. Leadership itu sangat penting. Seorang CEO akan memberi warna sangat besar pada perusahaan. Jadi CEO dan winning team sangat dibutuhkan dalam perusahaan. Tugas utama saya membentuk tim tangguh. CEO yang andal saja tidak cukup, karena itu dibutuhkan juga tim yang kuat.
CEO yang dibutuhkan bukan CEO betipe star atau bintang, tapi CEO transformator. Sebab jangan sampai CEO pensiun atau meninggalkan perusahaan, perusahaan itu redup lagi. Tantangan CEO saat ini adalah bagaimana ketika meninggalkan perusahaan, ia memberi kemudahan kepada penggantinya untuk tetap menghidupkan perusahaan.
Bakrieland menggabungkan konsep properti dan infrastruktur. Bagaimana konsep ini sebenarnya?
Bakrieland merupakan model yang unik. Kita tak sekadar pemain properti tradisional, tetapi juga pemain properti terintegrasi karena kami menggabungkan jalan tol dengan bisnis properti. Mungkin pengusaha lain tidak terpikir soal ini, tapi Bakrieland melakukannya.
Kalau dulu orang selalu menyebut kunci sukses bisnis properti adalah lokasi prima, lokasi prima, lokasi prima. Tapi saat ini, saya kira lokasi menjadi prima jika aksesnya bagus. Jadi Bakrieland harus dapat mengontrol akses sehingga dapat mengontrol properti yang dibangun. Infrastruktur transportasi seperti jalan tol, yang kami jalankan.
Bayangkan, lahan di sepanjang jalan tol, saat dibebaskan harganya Rp 10.000 per meter persegi. Kita diamkan saja dalam tiga tahun harganya sudah naik 10 kali lipat. Apalagi kalau kami kembangkan menjadi sesuatu yang punya nilai tambah untuk masyarakat setempat.