Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utama Gondokusumo: Properti Itu Pekerjaan Lapangan

Kompas.com - 31/08/2010, 21:30 WIB

Namun setelah bank tanah kami cukup banyak di Jakarta dan Surabaya, kami akan ekspansi ke kota-kota lainnya. Proyek residensial Graha Natura di Surabaya awal Februari 2010 sudah diluncurkan. Kami menawarkan rumah-rumah ini kepada penghuni di Graha Famili lebih dahulu dulu. Kami ingin tahu kepuasan mereka di Graha Famili, proyek perumahan kami sebelumnya, itu seperti apa, apakah kami mengelola perumahan itu dengan baik. Eh ternyata sold out. Hanya menjual kepada penghuni Graha Famili, sudah sold out. Lokasi Graha Natura memang tidak terlalu jauh dari Graha Famili. Mungkin mereka membeli untuk anak-anak atau untuk investasi.

Yang pasti, kami cukup senang. Ternyata Intiland dinilai orang dengan baik, terutama oleh customer kami.

Strategi apa yang dikembangkan Intiland? Strateginya, kami punya lahan di banyak tempat. Kami melihat cara berpikir seperti fund manager, kami tidak menaruh telur di satu keranjang. Jadi kami punya lahan dan proyek di Jakarta tersebar di Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat.

Kami beranggapan, orang dari Jakarta Utata jarang pindah tinggal di Jakarta Selatan karena mereka sudah terbiasa dengan komunitas sendiri, mereka tahu ke mana pergi dan juga mungkin dekat dengan lokasi tempat bekerja. Kami punya lokasi di beberapa tempat, supaya kalau misalnya proyek di Jakarta Utara sedang menurun, di Jakarta Selatan mungkin tidak. Kami bangun beberapa proyek sekaligus dengan target pasar berbeda.

Yang dibangun bervariasi. Kami tidak ingin melakukan head to head dengan pengembang lainnya. Kami ingin jadi compliment, terintegrasi dengan proyek lain dari pengembang lain. Kami ingin membuat daerah itu naiknya bareng-bareng. Kalau head to head, kami akan berantem dengan pengembang lain. Misalnya kalau di suatu lokasi banyak hotel bintang lima, kami akan bangun hotel bintang 3 dan 4.

Ini pekerjaan satu tim. Kami sering berdiskusi dengan pejabat dinas tata kota soal rencana ke depan bagaimana. Kami bersama CEO, project director, melihat lokasi mana yang akan ditargetkan, di sana dibangun apa. Dari situ, ada beberapa tim. Misalnya high rise dan low rise.

Kami diskusikan bagaimana cocoknya, apa cocoknya, bagaimana studi kelayakan dan risetnya, kami diskusikan apa target market-nya dengan marketing team. Kami bikin tim supaya masing-masing bagian bisa lebih berkonsentrasi pada proyek, sehingga pengambilan keputusan bisa lebih cepat.

Mengapa Anda akhirnya mau bergabung dengan Intiland? Ya otomatislah. Biar bagaimanapun, saya dapat menjadi seperti sekarang begini, karena ayah saya dan adik kakek saya (Suhargo Gondokusumo). Saya ada di sini karena mereka. Begitu Pak Hendro minta saya, tolong saya juga ikut, saya tak bisa menolak. Saya melihat, Intiland itu dulu perusahaan cukup besar, namun karena krisis moneter 1998, semuanya turun. Namun setelah itu, Intiland bisa bertahan dan berkibar kembali. Ini pasti ada sesuatu yang luar biasa. Jadi ke depan, saya optimistis Intiland bisa tumbuh dengan baik jika dikelola dengan baik.  alasan pertama, karena permintaan ayah saya.

Kedua, karena ini adalah bisnis ayah saya yang dirintis sejak lama (1985). Pak Hendro berharap perusahaan ini bisa berjalan lebih lama dari hidupnya beliau dan hidup saya. Bisa ratusan tahun seperti perusahaan lannya. Karena itu saya tergerak. Perusahaan ini perusahaan publik, legacy bapak saya. Jadi saya merasa bertanggung jawab untuk membantu Intiland maju ke depan dan bisa langgeng ke depan.

Belum tentu saya harus menduduki posisi CEO karena ini perusahaan publik. Yang penting siapa yang paling baik mengelola perusahaan ini. Kalau saya cocok, ya saya akan ambil tanggung jawab itu. Tapi kalau tidak, saya akan mencari orang lain.

Saat ini saya mencari pengalaman sebanyak-banyaknya. Pengalaman tidak bisa diperoleh di sekolah. Saya belajar dari mereka yang sudah lebih dulu berhasil. Saya sering diajak Pak Hendro bertemu dengan Pak Ciputra, Pak Herman Sudarsono, Pak Tan Kian. Seneng mendengarkan cerita mereka. Saya belajar soal konsistensi. Mereka punya SOP yang baik. Meskipun njlimet, tapi karena sudah rules-nya, ya harus dijalani. Namanya properti itu ya pekerjaan lapangan. Dan pengalaman jauh lebih penting. (Robert Adhi Ksp)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau