Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pingki Pangestu Sempat Ditawari Jadi EO di Milan

Kompas.com - 01/06/2010, 18:44 WIB

KOMPAS.com — Kongres ke-61 FIABCI di Nusa Dua, Bali, sudah berakhir dengan sukses. Banyak peserta menyampaikan rasa puas atas penyelenggaraan kongres federasi real estate internasional tersebut.

Pingki Elka Pangestu (56), Ketua Panitia Penyelenggara Kongres FIABCI, merupakan orang yang super-sibuk karena harus mengorganisasikan kegiatan internasional. Dan setelah acara ini selesai, Pingki mengaku puas. “Saya mau tidur dulu,” katanya dalam percakapan dengan Kompas.com, Selasa (1/6/2010) pagi di kawasan Widya Chandra, Jakarta.

Pingki Elka Pangestu lahir di Jakarta, 7 Oktober 1953 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Pang Lay Kim, cendekiawan terkemuka Indonesia. Kakaknya, Tikki Elka Pangestu, kini Direktur Reseach Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), sedangkan adiknya, Mari Elka Pangestu, kini Menteri Perdagangan Republik Indonesia.

Pingki menikmati dunia anak-anak prasekolah di Berkeley, California, Amerika Serikat, karena ayahnya tugas belajar di sana. Pingki mengenyam pendidikan SD sampai S-2 di Canberra dan Sydney di Australia. “Papa mengajar di tiga universitas di Australia, (antara lain) The University of New South Wales (UNSW), Sydney, The Australian National University (ANU), Canberra,” cerita Pingki.

Setelah lulus pendidikan S-2 dan meraih master Planologi dari Australia tahun 1982, Pingki mendapat tugas dari Ciputra untuk membuat masterplan Bumi Serpong Damai. “Saya dijebloskan oleh Pak Ciputra. Dan saya pikir, terjadilah apa yang akan terjadi,” katanya.

Setelah itu, Pingki membantu Prof Sugianto Sudjoko, tokoh planologi. Dia juga bantu Dirjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum. Pingki menjadi konsultan National Urban Development Strategies dan membuat rencana nasional pembangunan kota. Salah satu stafnya waktu itu adalah Armida Alisjahbana dan Sjafrudin A Tumenggung.

Tahun 1982-1985, Pingki pun terlibat dalam proyek swasta dan pemerintahan. “Saya sempat ditanya apakah mau jadi PNS, tapi papa bilang khawatir ada masalah. Papa saya PNS,” cerita Pingki.

Akhirnya lewat REI, Pingki bertemu keluarga Baghir dan Herman Sudarsono. Mereka pun membangun gedung perkantoran Arkadia.

Tesis Pingki dari Universitas Sydney adalah soal perumahan rakyat (social housing). Dia menerapkan ilmunya dengan membangun perumahan rakyat RSS di Pulogebang. “Guru saya waktu itu Pak Siswono Yudohusodo,” ungkapnya.

Pingki kemudian menjadi konsultan untuk World Bank dan United Nations. “Tugas saya berkiblat pada permukiman pada kelompok, community base housing. Itu passion. saya, dan saya kerjakan bersama Johan Silas,” paparnya. Pingki pernah menjadi wakil Johan Silas di BRR Aceh tahun 2005-2006.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com