Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Arsitektur 2010

Kompas.com - 10/02/2010, 22:42 WIB

Dalam konteks arsitektur rumah tinggal, menerjemahkan karakteristik clan keunikan masing-masing pemilik rumah terhadap arsitektur rumahnya merupakan pilihan yang lebih tepat ketimbang sekadar mengikuti tren. Kebhinekaan karakteristik masyarakat Indonesia akan memperluas pilihan karakter arsitektur rumah tinggal. Kesempatan untuk menjadi diri sendiri melalui bentukan rumah masingmasing akan mendorong berkembangnya eksplorasi kekayaan arsitektur tanpa dibatasi oleh "tren arsitektur".

Kondisi lingkungan hidup global yang saat ini semakin rusak juga tentunya perlu disikapi. Hemat energi, ramah lingkungan, clan berkelanjutan, selayaknya menjadi panduan sejak awal merencanakan desain rumah tinggal. Semakin lama hal-hal tersebut sebaiknya tidak akan lagi menjadi istimewa untuk dibicarakan, tapi menjadi syarat mendasar yang seharusnya memang ada, seperti halnya pencahayaan dan ventilasi alami. Semakin murah aplikasinya, maka akan semakin berkelanjutan dan lebih besar dampaknya terhadap bumi ini.

Dengan biaya yang murah, akan semakin banyak orang yang mampu mengaplikasikan arsitektur berkelanjutan. Secara otomatis, hal itu mempercepat proses penyembuhan bumi yang "sedang sakit" ini. Semakin murah biaya untuk membangun, semakin banyak uang yang bisa disisihkan untuk perbaikan lingkungan lain yang lebih besar atau untuk kepentingan kemanusiaan lainnya.

Walaupun sebetulnya mampu, tidak ada salahnya untuk berhernat clan mengurangi sedikit saja kemewahan nilai rumah tinggal. Seandainya saja setiap rumah (mewah) dapat mengurangi dan menyisihkan 10 persen-25 persen dari nilai rumahnya bagi kepentingan lingkungan atau masyarakat yang kurang mampu, tentunya lingkungan hidup sehari-hari akan menjadi semakin indah clan nilainya menjadi jauh lebih besar daripada kemewahan yang didapatkan tanpa menyisihkan sebagian biayanya. Bukankah kota tempat kita hidup akan semakin indah dlan menyenangkan untuk dihidupi bila kerusakan-kerusakan lingkungan yang telah ada dapat diperbaiki sedikit demi sedikit?

Masih ada lagi harta karun terpendam yang dapat menjadi pilihan bagi kemajuan arsitektur di Indonesia. Mungkin tidak ada yang menyangkal bahwa Indonesia adalah negara yang sangat kaya yang dikelola dengan salah, sehingga rakyatnya menjadi miskin. Ini termasuk miskinnya penghargaan masyarakat terhadap kekayaan potensi nilai lokalitas arsitektur tradisional.

Seandainya nilai-nilai dalam arsitektur tradisional Indonesia yang jumlahnya begitu banyak --yang mungkin paling banyak di dunia-- menjadi sumber inspirasi bagi arsitektur masa kini! F. Silaban, salah seorang arsitek besar pada era Soekarno, pernah bilang bahwa pada arsitektur tradisional, bukan bentuknya yang diambil, tetapi pelajari jiwanya. Barangkali memang itulah sikap yang tepat untuk mengembangkannya, yaitu dengan melakukan adaptasi, bukan duplikasi atau replikasi.

Ciri-ciri fisik, makna filosofis, adaptasi terhadap iklim, material lokal, potensi alam, dan ornamen-ornamen tradisional, merupakan contoh serangkaian makna lokalitas yang masing-masing kekayaannya dapat menjadi sumber eksplorasi. Arsitektur bukanlah soal bentuk fisik semata. Bila kita kembali menggunakan mode pakaian sebagai contoh, maka proses adaptasi terhadap batik sudah sangat berhasil. Bahan batik yang tradisional dapat diaplikasikan ke dalam berbagai karya pakaian dengan mode terbaru yang begitu indah. Pada saat ini, batik sangat dicintai oleh berbagai kalangan masyarakat. Padahal keindahan dan kekayaan batik sudah ada sejak dulu.

Walaupun tidak sama sepenuhnya dengan arsitektur, namun kira-kira seperti itulah seharusnya adaptasi nilainilai lokal terhadap arsitektur masa kini. Tidak harus terlihat tradisional secara fisik, namun mengandung maknamakna lokal yang dapat ditelusuri asal muasalnya. Eksplorasi terhadap kekayaan nilai lokalitas Indonesia ke dalam desain arsitektur masa kini, saya yakin akan dapat menghasilkan karyakarya arsitektur tingkat dunia.

Yu Sing, seorang arsitek dari Genesis (architecture, interior, lanscape). Board & Volunteer untuk Habitat for Humanity Bandung

(Sumber: Majalah IDEA No 72/VI/2010)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com