Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Arsitektur 2010

Kompas.com - 10/02/2010, 22:42 WIB

oleh Yu Sing

Ada yang aneh dengan tren dalam arsitektur. Tren sebenarnya memiliki sifat sementara, singkat, sesaat, sebentar saja; sedangkan arsitektur atau bangunan akan berdiri dalam jangka waktu yang lama. Jadi, tidak tepat kalau arsitektur dikategorikan ke dalam tren.

Walaupun begitu, arsitektur memang belum lepas dari ikatan tren. Entah bagaimana mulainya arsitektur bisa bersanding dengan tren. Barangkali karena belum ada penelitian mendalam. Di sini, ada peran pengembang properti bersama media, yang melahirkan istilah tren arsitektur.

Dengan adanya tren arsitektur, maka pengembang properti lebih mudah can terarah dalam
menjual produknya. Asal ikut apa kata tren, maka propertinya pasti laku. Begitu pula dengan media arsitektur. Dengan membahas tren arsitektur, maka medianya akan laku karena orang ingin tahu, seperti apa tren arsitektur itu, terlepas apakah makna yang disampaikan tentang tren itu benar atau keliru.

Misalnya, tren arsitektur minimalis yang masih hangat terdengar. Betulkah properti yang dijual dengan sebutan minimalis itu benar-benar minimalis? Ternyata lebih banyak yang keliru, walaupun ada juga pengembang properti yang memberikan pemahaman tentang minimalis dengan benar. Apa saja dapat dengan mudah disebut minimalis agar laku, walaupun sebetulnya sama sekali tidak minimalis. Anehnya lagi, ada masanya masyarakat memang bangga can senang membeli properti yang sesuai dengan dengung tren arsitektur minimalis agar tidak dianggap ketinggalan zaman.

Jika tadi sudah dijelaskan bahwa tren itu sifatnya sementara, singkat, sesaat, sebentar saja, sebentar lagi ada ratusan ribu atau mungkin jutaan pemilik bangunan yang akan ketinggalan zaman. Padahal tujuan awal membelinya justru karena tidak mau ketinggalan zaman. Lalu, apakah bangunannya akan dirubuhkan saja atau dijual lagi? Wah, kalau dirubuhkan pasti tidak mungkin. Selain masih baru, ini bangunan lho, bukan pakaian yang bisa dengan mudah disumbangkan. Dijual pun barangkali kurang laku karena tide sesuai lagi dengan tren terbaru. Nah, mulai jelas, bukan, bahwa arsitektur dan tren itu sesungguhnya tidak dapat disandingkan?

Dari sana akan ada 'korban', dan yang menjadi korban bukan hanya pemilik properti, tetapi juga arsitektur itu sendiri. Ketika tidak sesuai dengan apa kata tren terbaru, seolah-olah arsitekturjenis itu sudah kurang bagus lagi. Minimalis akan --atau malah sudah dianggap jelek, usang, ketinggalan zaman. Padahal makna minimalis pun belum dipahami dengan benar oleh masyarakat. Jadi, apakah arsitektur minimalis itu ada waktunya menjadi jelek? Sebetulnya tidak. 'Jelek' itu ada, hanya dalam persepsi masyarakat yang keliru akibat menjadi korban istilah tren arsitektur.

Arsitektur minimalis sebenarnya merupakan salah satu arus besar dalam sejarah arsitektur yang sudah ada sejak awal tahun 1900-an, bukan hasil rekayasa para pengembang properti yang sifatnya sementara. Jadi, orang yang membeli bangunan yang betul-betul minimalis karena betul-betul menyukainya atau sesuai dengan karakter dan gaya hidupnya, tak usah khawatir dan tidak perlu mendengar apa kata "tren arsitektur"'.

Mulai sekarang kata "tren" dan "arsitektur" bila disatukan harus diberi tanda kutip, supaya tidak rancu dan menyesatkan. Karena setahu saya, tren dan arsitektur tidak pernah menikah, selama ini cuma dijodohkan saja, dan sebetulnya sama sekali tidak berjodoh karena berbeda kodrat.

Apa "tren arsitektur 2010" itu? Tidak terlalu penting lagi, bukan? Namun masih ada hal yang cukup penting untuk direnungkan bersama. "Tren arsitektur" sebaiknya tidak lagi dijadikan patokan. Yang jauh lebih penting adalah pencarian pemahaman yang lebih banyak dan lebih dalam tentang arsitektur sebagai langkah yang tepat bagi seluruh masyarakat, bukan hanya bagi para arsitek. Peran media arsitektur menjadi semakin penting untuk memberikan pemahaman yang lebih banyak, lebih mendalam, dan tentunya lebih benar, tentang arsitektur yang sebetulnya memiliki cakupan sangat luas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com