Ardi menyampaikan terima kasih kepada Tony Phua dan Doris Phua, suami istri pemilik Da Vinci asal Singapura, yang memberi kesempatan kepadanya untuk menunjukkan segala kemampuan. "Saya belajar banyak dari Tony dan Doris, serta semua teman di Da Vinci yang memberi dukungan penuh," kata Ardi.
Setelah 13 tahun bergabung dengan Da Vinci, dan terakhir pada posisi sabagai CEO Da Vinci, Ardi memutuskan keluar dengan alasan pribadi. "Saya ingin pindah kuadran, menjadi pengusaha," katanya. Bulan Januari 2006, Ardi merintis usaha es Charmy Ice bersama Lawrence Pan, saudara angkat dari Taiwan.
Mengalami banyak pengalaman dalam hidupnya, Ardi selalu menyampaikan pendapatnya bahwa pengalaman pahit adalah "guru" yang paling manis. "Karena justru pada saat iitulah, kita diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengeluarkan segala kemampuan yang ada. Tapi akan lebih baik jika dalam kondisi baik pun, kita bisa mengeluarkan kemampuan terbaik," kata Ardi.
Menurut Ardi, banyak orang tidak menyadari kemampuan karena terlalu berhitung-hitung. "Banyak orang berpendapat, ngapain saya harus kerja begini, begitu. Padahal setiap hal yang dilakukan, harus dianggap sebagai ujian, sampai sejauh mana kemampuan kita. Begitu diuji, baru tahu kemampuan kita luar biasa sehingga muncul kepercayaan diri," ujarnya.
"Dalam hidup ini sebenarnya kita diberi kesempatan waktu oleh Tuhan untuk memanfaatkan talenta-talenta yang masih terpendam. Karena itu mari kita nikmati hidup, berbagi dan memanfaatkan talenta-talenta yang diberikan Tuhan," ungkap Ardi Joanda. (ROBERT ADHI KSP)